kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Joe Biden menang pemilu AS, OPEC bakal merindukan Donald Trump


Minggu, 08 November 2020 / 07:18 WIB
Joe Biden menang pemilu AS, OPEC bakal merindukan Donald Trump
ILUSTRASI. Logo OPEC


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - DUBAI. Kemenangan Joe Biden dalam pemilu presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan dapat menimbulkan ketegangan baru dalam aliansi Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutu terdekatnya, yang dikenal sebagai OPEC+. 

Mengingat selama kepemimpinan Donald Trump, AS ikut membantu OPEC dalam merealisasikan rekor pemotongan produksi minyak yang akhirnya mampu mengangkat harga emas hitam tersebut. 

Menurut sumber Reuters, Biden dapat mengubah hubungan diplomatik AS dengan tiga anggota OPEC, yakni pemimpin de facto Arab Saudi, dan negara-negara yang terkena sanksi Iran dan Venezuela. Selain itu, produsen utama non-OPEC Rusia, yang juga pemimpin OPEC+, juga bakal terkena imbas.

Seperti diketahui, penegakan ketat sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela telah menahan jutaan barel minyak per hari dari pasar. Nah, dengan terpilihnya Biden, ada kemungkinan sanksi tersebut dilonggarkan pada tahun-tahun mendatang. Jika hal ini terjadi, peningkatan produksi dapat mempersulit OPEC untuk menyeimbangkan pasokan dengan permintaan.

Baca Juga: Joe Biden menang pemilu, warga Arab ragu kebijakan AS di Timur Tengah berubah

Sebelumnya, Biden mengatakan, lebih memilih diplomasi multilateral daripada sanksi sepihak yang telah dijatuhkan Trump, meskipun itu mungkin tidak berarti pelonggaran sanksi dalam waktu dekat. Dalam kampanyenya, calon dari Partai Demokrat ini mengatakan akan kembali ke kesepakatan nuklir Iran 2015 jika Teheran kembali mematuhi pakta tersebut.

Trump keluar dari pakta pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi yang memotong ekspor minyak Iran. Beberapa pihak di OPEC khawatir bahwa kembalinya volume Iran akan menambah kelebihan pasokan tanpa pengurangan di tempat lain dan khawatir tentang partisipasi berkelanjutan Moskow dalam OPEC+.

"Sanksi Iran dapat dievaluasi ulang dan kemudian Iran akan kembali ke pasar, jadi lagi-lagi akan ada kelebihan pasokan dan kesepakatan pemotongan saat ini akan berisiko," kata sumber OPEC sebelum hasil pemilu diumumkan.

"Ada risiko Rusia meninggalkan kesepakatan OPEC+ juga yang berarti jatuhnya kesepakatan, karena Trump yang membawa Moskow ikut serta," kata sumber itu.

Sebelumnya, Biden memang menyebut Rusia sebagai ancaman global paling serius bagi Washington. Selama kampanyenya, dia juga berjanji untuk menilai kembali hubungan dengan Arab Saudi.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×