kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.918.000   12.000   0,63%
  • USD/IDR 16.395   6,00   0,04%
  • IDX 7.550   -68,02   -0,89%
  • KOMPAS100 1.058   -6,27   -0,59%
  • LQ45 798   -6,91   -0,86%
  • ISSI 255   -0,71   -0,28%
  • IDX30 413   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 473   -3,89   -0,82%
  • IDX80 120   -0,65   -0,54%
  • IDXV30 124   0,66   0,54%
  • IDXQ30 131   -1,42   -1,07%

Strategi “Back to Starbucks” Mulai Berbuah, Penjualan Tumbuh 3,8%


Rabu, 30 Juli 2025 / 13:04 WIB
Strategi “Back to Starbucks” Mulai Berbuah, Penjualan Tumbuh 3,8%
ILUSTRASI. Raksasa kedai kopi global, Starbucks Corp, melaporkan kenaikan pendapatan di kuartal ketiga yang melampaui ekspektasi analis. REUTERS/Arnd Wiegmann


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID. Raksasa kedai kopi global, Starbucks Corp, melaporkan kenaikan pendapatan di kuartal ketiga yang melampaui ekspektasi analis.

Pemulihan permintaan di China serta investasi dalam tenaga kerja, operasional gerai, dan penyederhanaan menu mendukung kinerja perusahaan di tengah melemahnya belanja konsumen domestik di Amerika Serikat.

Harga saham Starbucks naik 3,8% ke level US$96,50 dalam perdagangan setelah jam bursa pada Selasa (29/7/2025).

Baca Juga: Pelajaran Kepemimpinan dari Pendiri Starbucks: Aturan Dua Kursi

Perusahaan yang berbasis di Seattle ini tengah menjalankan strategi pemulihan besar-besaran bertajuk "Back to Starbucks", di bawah kepemimpinan CEO Brian Niccol, yang mulai menjabat sejak Agustus lalu.

Niccol menekankan transformasi menyeluruh mulai dari penyederhanaan menu, penyediaan makanan segar, pelayanan lebih cepat, hingga sentuhan personal seperti pesan tulisan tangan di cangkir kopi pelanggan.

"Kami berada di jalur yang lebih cepat dari perkiraan," ujar Niccol dalam paparan kinerja usai rilis laporan keuangan.

Ia juga mengungkap sejumlah perubahan desain gerai, termasuk pengembalian ribuan kursi yang sebelumnya dihilangkan.

Starbucks menargetkan renovasi setidaknya 1.000 gerai di Amerika Utara hingga akhir 2026, guna menciptakan suasana yang lebih hangat, bertekstur, dan nyaman bagi pelanggan.

Tak hanya itu, perusahaan juga tengah menguji konsep baru gerai masa depan berbiaya rendah, dengan 32 tempat duduk dan layanan drive-thru yang akan diluncurkan pada 2026. Starbucks juga akan merilis gerai versi format kecil di New York dalam waktu dekat.

Baca Juga: Ekspansi Berlanjut, Starbucks Rayakan 23 Tahun Lewat Gerai Premium

Untuk memperkuat pelayanan, Starbucks berkomitmen menambah tenaga kerja di seluruh 10.000+ gerai miliknya di AS hingga akhir musim panas tahun ini.

Secara total, perusahaan akan menggelontorkan lebih dari US$500 juta untuk menambah jam kerja pegawai selama setahun ke depan.

Pada kuartal yang berakhir 29 Juni 2025, pendapatan Starbucks tumbuh 3,8% secara tahunan menjadi US$9,46 miliar, mengalahkan konsensus analis yang memperkirakan US$9,31 miliar.

Namun, penjualan gerai sejenis (same-store sales) secara global masih turun 2%, menjadi kontraksi keenam berturut-turut.

Di pasar domestik AS, penjualan gerai sejenis turun 2%. Sementara di China, pasar terbesar kedua Starbucks naik tipis 2%, membaik dari stagnasi pada kuartal sebelumnya.

Ketatnya persaingan dengan pemain lokal seperti Luckin Coffee dan Cotti Coffee memaksa Starbucks memangkas harga beberapa minuman es populer rata-rata sebesar 5 yuan bulan lalu.

Baca Juga: Starbucks Percepat Transformasi Model Layanan di 18.000 Gerai Amerika Utara

"Ini masih kisah pemulihan, meski laporan keuangan tidak seburuk yang dikhawatirkan berkat perbaikan di China," ujar Dave Wagner, manajer portofolio Aptus Capital Advisors.

Starbucks mencatat laba per saham sebesar 50 sen (disesuaikan), di bawah ekspektasi analis sebesar 65 sen.

Penurunan ini sebagian dipengaruhi oleh biaya dari pertemuan pimpinan perusahaan di Las Vegas awal tahun ini, yang melibatkan lebih dari 14.000 manajer dan pemimpin gerai dari seluruh Amerika Utara, lengkap dengan konser pribadi Bruno Mars.

Margin operasional juga menyusut 650 basis poin menjadi 10,1% dibandingkan tahun lalu, akibat beban investasi dalam turnaround bisnis dan tambahan biaya tenaga kerja.

"Meski masih banyak yang perlu dibenahi, investasi pada tenaga kerja mulai menunjukkan hasil positif, terutama pada peningkatan kapasitas layanan saat jam sibuk," kata R.J. Hottovy, Kepala Riset Analitik Placer.ai.

Di sisi lain, Starbucks tengah mengeksplorasi opsi kemitraan strategis dan joint venture untuk memperkuat bisnisnya di China, yang menurut laporan media bernilai hingga US$10 miliar.

Baca Juga: Luckin Coffee, Kedai Kopi Asal China yang Bikin Starbucks Ketar-Ketir

Manajemen mengungkap, saat ini telah ada lebih dari 20 pihak yang menyatakan minat untuk bermitra, dan perusahaan tengah mengevaluasi opsi dengan tetap ingin mempertahankan kepemilikan signifikan di pasar tersebut.

Selanjutnya: Cuan 26% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Seberapa Tinggi? (30 Juli 2025)

Menarik Dibaca: Gempa Rusia 8,7 M, BMKG Rilis Peringatan Dini Siaga Tsunami di Daerah Ini


Tag


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×