Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Starbucks akan mempercepat implementasi model layanan dan staf terbaru ke seluruh 18.000 gerainya di Amerika Utara pada akhir musim panas tahun ini.
Langkah ini lebih cepat dari rencana semula yang hanya mencakup sepertiga gerai AS pada akhir tahun.
CEO Starbucks Brian Niccol menyampaikan percepatan ini sebagai bagian inti dari strategi “Back to Starbucks”, yang berfokus mengembalikan pengalaman kedai kopi di dalam toko dan menjauh dari ketergantungan pada pesanan mobile dan takeaway.
Baca Juga: 10 CEO dengan Gaji Tertinggi di Amerika Serikat: Ada Bos Starbucks dan Microsoft
“Kami telah belajar dari uji coba awal, dan sekarang kami tahu apa yang harus dilakukan — jadi waktunya memperluas skala,” kata Niccol dalam wawancara di sela-sela pertemuan kepemimpinan Starbucks di Las Vegas, Selasa (10/6).
Model baru yang dinamai Green Apron ini melibatkan teknologi pemrosesan pesanan yang lebih efisien serta barista khusus untuk layanan drive-through.
Starbucks sebelumnya mengujicobakan sistem ini di 700 gerai dan mengklaim berhasil mempercepat waktu layanan dan meningkatkan penjualan, meski belum merinci data konkret.
Fokus pada Pengalaman Pelanggan, Bukan Efisiensi Jangka Pendek
Niccol, yang menjabat sejak September lalu, menargetkan pesanan pelanggan dapat diselesaikan dalam waktu maksimal empat menit.
Baca Juga: Luckin Coffee, Kedai Kopi Asal China yang Bikin Starbucks Ketar-Ketir
Ia menegaskan bahwa fokusnya bukan semata memangkas biaya, tetapi melakukan investasi strategis dalam tenaga kerja dan sistem untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang.
“Kami akan bersikap tegas terhadap pengeluaran yang tidak mendukung strategi Back to Starbucks,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa transformasi ini akan memakan waktu dan efeknya terhadap laba bersifat sementara.
Starbucks belum memberikan panduan keuangan tahunan. Dalam panggilan pendapatan April lalu, Niccol bahkan mengatakan bahwa EPS (earnings per share) saat ini bukan tolok ukur utama keberhasilan, melainkan metrik operasional seperti rata-rata waktu tunggu pelanggan di toko.
Investor Masih Menanti Bukti Nyata
Sejak lima tahun terakhir, saham Starbucks hanya naik 11%, tertinggal jauh dari kenaikan 88% pada indeks S&P 500.
Baca Juga: Starbucks Rayakan 23 Tahun di Indonesia, Tegaskan Komitmen pada Bisnis Kopi Lokal
Lembaga riset TD Cowen pun menurunkan peringkat saham Starbucks dari "buy" menjadi "hold", mengindikasikan keraguan bahwa turnaround ini bisa cepat memberikan hasil.
Starbucks berencana menggelar Investor Day pada 2026 untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang dampak finansial dari strategi transformasi ini.
Acara kepemimpinan di Las Vegas ini merupakan yang pertama sejak 2019, dan dihadiri lebih dari 14.000 manajer dan pemimpin internal Starbucks dari berbagai wilayah.