Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Johnson & Johnson mengatakan, pihaknya telah menghentikan sementara uji coba klinis kandidat vaksin virus corona baru karena penyakit yang tidak dapat dijelaskan pada sukarelawan.
Penyakit peserta uji coba sedang ditinjau dan dievaluasi oleh data independen dan dewan pemantauan keamanan, serta dokter klinis dan keselamatan perusahaan, menurut Johnson & Johnson.
"Kejadian buruk, penyakit, kecelakaan, dan lain-lain, bahkan yang serius, merupakan bagian yang diharapkan dari setiap studi klinis, terutama studi besar," kata Johnson & Johnson, Senin (12/10), seperti dikutip Reuters.
"Berdasarkan komitmen kuat kami terhadap keselamatan, semua studi klinis yang dilakukan oleh Janssen Pharmaceutical Companies of Johnson & Johnson memiliki pedoman yang telah ditentukan sebelumnya," ujar mereka.
Baca Juga: Indonesia butuh 320 juta dosis vaksin virus corona, ini perhitungannya
"Ini memastikan studi kami dapat dihentikan jika kejadian buruk serius yang tidak terduga yang mungkin terkait dengan vaksin atau obat studi dilaporkan, sehingga dapat dilakukan peninjauan yang cermat terhadap semua informasi medis sebelum memutuskan apakah akan memulai kembali studi," imbuh Johnson & Johnson.
Pekan lalu, Uni Eropa mengumumkan telah menyegel kesepakatan dengan Johnson & Johnson untuk memasok hingga 400 juta dosis vaksin virus corona potensial, di tengah pergolakan global untuk mengamankan stok.
Kesepakatan itu adalah kontrak pembelian di muka ketiga Uni Eropa dengan pembuat vaksin virus corona. Sebelumnya, mereka sepakat dengan AstraZeneca dan Sanofi. Sehingga, jumlah dosis yang Uni Eropa amankan untuk populasi 450 juta menjadi 1,1 miliar.