Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - DW. Kongres AS meningkatkan tekanan terhadap Arab Saudiuntuk menjelaskan apa yang terjadi pada Jamal Khashoggi, seorang wartawan Saudi terkemuka, yang menghilang setelah memasuki konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober.
Rabu (10/10/18) kemarin, 22 Senator AS mengirim surat kepada Presiden AS Donald Trump menuntut adanya penyelidikan atas hilangnya wartawan yang bekerja bagi Washington Post. Dalam surat tersebut, para senator menuntut agar Gedung Putih "memutuskan apakah seorang warga negara asing bertanggung jawab atas pembunuhan di luar hukum, penyiksaan atau pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia." Administrasi Trump diberi waktu selam 120 hari untuk membuat laporan bagi Kongres.
Para pejabat Turki mengatakan, mereka yakin Khashoggi dibunuh saat berada di konsulat. Arab Saudi membantah tuduhan ini dan menyatakan tidak mengetahui sama sekali tentang keberadaan Khashoggi, setelah ia meninggalkan gedung konsulat. Namun tidak ada rekaman kamera pengawas yang memperlihatkan Khashoggi meninggalkan konsulat.
Trump mengatakan kepada wartawan, Rabu (10/10/18), bahwa ia telah berbicara "lebih dari sekali" dan "pada tingkat tertinggi" dengan para pejabat Saudi.
Semua Mengarah pada Arab Saudi
Sebelumnya, Senator Bob Corker, yang juga merupakan Ketua Komite Hubungan Luar Negeri di Senat AS, mengatakan, berdasarkan laporan intelijen AS, "kemungkinan Khashoggi dibunuh pada hari dia masuk ke konsulat" dan, apa pun terjadi pada Khashoggi "ada keterlibatan Saudi".
"Arab Saudi harus memberikan penjelasan, karena semua indikasi menunjukkan bahwa mereka terlibat, setidaknya dengan kepergiannya," kata Corker kepada The Associated Press. "Semuanya mengarah pada mereka."
The Washington Post melaporkan bahwa intelijen AS telah mengetahui rencana Saudi untuk menculik Khashoggi, seorang pengritik Arab Saudi yang melarikan diri ke pengasingan tahun lalu.
Turan Kislakci, seorang rekan Khashoggi yang mengepalai Asosiasi Media Turki-Arab, mengatakan kepada DW bahwa Khashoggi "dibunuh karena pendapatnya tentang perang di Yaman dan Suriah."
"Pemerintah Saudi merasa "terganggu" oleh dia. Jadi mereka berusaha menyingkirkannya," kata Kislakci. "Dia dibunuh di dalam konsulat. Dan kami berasumsi bahwa dia dimutilasi, mereka memasukkan bagian-bagian tubuhnya ke dalam tas, dan dibuang."
Tim Pembunuh Didatangkan dari Saudi?
Media Turki pada hari Rabu (10/10) menerbitkan identitas 15 anggota tim yang diduga dikirim untuk membunuh Khashoggi. Media Turki juga merilis video pengawas, yang menunjukkan apa yang dikatakan sebagai "regu pembunuh" Saudi. Video itu memperlihatkan salah satu dari dua jet pribadi tiba di Bandara Ataturk Istanbul pagi hari pada 2 Oktober, hari ketika Khashoggi menghilang setelah memasuki konsulat untuk mengurus surat pernikahan.
Video CCTV, yang belum diverifikasi, menunjukkan sembilan orang melewati kontrol paspor diplomatik. Video itu kemudian memperlihatkan beberapa pria meninggalkan hotel dekat konsulat Saudi dan Khashoggi memasuki konsulat. Sekitar dua jam kemudian, sebuah mobil Mercedes hitam dengan pelat diplomatik meninggalkan konsulat menuju kediaman konsul jenderal Saudi. Ke-15 pria itu dilaporkan meninggalkan Turki pada malam yang sama.
Posisi Turki Sulit
Hubungan antara Turki dan Arab Saudi telah tegang karena perbedaan kebijakan regional, meskipun Arab Saudi adalah investor utama perekonomian Turki.
Turki mendukung Qatar, yang bersengketa dengan Arab Saudi. Kedua negara juga berselisih tentang peran Iran di wilayah tersebut dan juga seputar Ikhwanul Muslimin, yang keduanya dianggap Arab Saudi sebagai ancaman.
Para pakar mengatakan bahwa meskipun marah atas kemungkinan pembunuhan Khashoggi, namun Turki tidak ingin melawan Arab Saudi sendiri, sehingga mencari dukungan politik dari Amerika Serikat dan sekutu lainnya.
Kasus yang lebih memanaskan hubungan Turki Arab Saudi ini terjadi ketika ekonomi Turki berada dalam kesulitan. Dan saat ini Turki juga terisolasi di Timur Tengah dan di antara sekutunya, termasuk oleh Amerika Serikat karena kebijakan Turki soal Suriah dan penahanan seorang pendeta Amerika.