Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB meminta Presiden Rusia Vladimir putin untuk menyerah. Dia menyebut Rusia sudah tidak memenangkan perang di Ukraina.
Scholz mengatakan Putin hanya akan meninggalkan ambisi imperialisnya jika dia menyadari bahwa Rusia tidak bisa memenangkan perang. Jika tidak, Scholz khawatir ambisi Putin bisa meluas ke wilayah Eropa lain.
Atas dasar itu, Scholz secara tegas menolak segala persyaratan damai yang nantinya mungkin akan diberikan Rusia dan akan terus memberikan dukungan kepada Ukraina.
Baca Juga: Presiden Turki Erdogan: Vladimir Putin ingin Akhiri Perang Sesegera Mungkin
"Inilah mengapa kami tidak akan menerima perdamaian yang didiktekan oleh Rusia, dan inilah mengapa Ukraina harus mampu menangkis serangan Rusia," kata Scholz dalam pidato pertamanya di Majelis Umum PBB hari Selasa (20/9), seperti dikutip Reuters.
Lebih lanjut, Scholz menyadari ambisi imperialisme yang mulai ditunjukkan Putin jelas menjadi ancaman, bukan hanya bagi Eropa tetapi bagi tatanan perdamaian global.
Di hadapan forum, Scholz mendesak PBB untuk mengambil langkah agar sistem "yang kuat mengatur yang lemah" tidak terjadi di dunia.
"Apakah kita tak berdaya ketika ada pihak yang membawa kita kembali ke dunia di mana perang menjadi sarana politik yang umum? Di mana negara-negara harus bersatu dengan tetangganya yang lebih kuat? Di mana kemakmuran dan hak asasi manusia adalah hak istimewa bagi segelintir orang yang beruntung?," ungkap Scholz.
Baca Juga: Situasi Terkini Perang Ukraina: Pasukan Rusia Mulai Terdesak di Luhansk
Dalam rangka mencegah ambisi Putin, aliansi Barat telah bersaing dengan Rusia untuk mendapatkan pengaruh diplomatik sejak invasi mereka ke Ukraina dimulai Februari lalu.
Pernyataan keras Scholz ini keluar setelah Jerman akan menjadi tuan rumah konferensi tentang rekonstruksi Ukraina pada 25 Oktober mendatang.
Scholz memastikan Jerman akan membantu pemerintah Ukraina dengan anggaran dana yang sangat besar untuk membangun kembali negara itu.