Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Pihak berwenang Singapura mengatakan telah menyingkap sebuah skema pencurian minyak yang komplek dan lintas batas negara dari kilang terbesar Shell.
Investigasi yang terus berlanjut mengenai pencurian dari kilang Shell di Pulau Bukom itu sejauh ini telah menjerat beberapa perusahaan internasional.
Polisi telah menuduh 14 orang, menangkap 20 orang, dan menyendera setidaknya satu kapal tanker minyak dan uang jutaan dolar secara tunai. Tuduhan terakhir diajukan pada hari Kamis (18/1).
Di antara 14 orang yang dituduh, ada 11 orang Singapura dan tiga orang Vietnam. Delapan tertuduh dari Singapura adalah karyawan Shell Eastern Petroleum (Pte) Ltd, anak perusahaan Singapura Royal Dutch Shell Plc.
Sementara dua lainnya bekerja di Sentek Marine & Trading Pte Ltd, salah satu pemasok bahan bakar laut terbesar di Singapura.
Menurut sebuah memo internal untuk semua karyawan dari Managing Director Sentek Marine Pai Keng Pheng pada 13 Januari 2018, Sentek telah memecat Manajer Pemasaran dan Operasi Benny Ng Hock Teck serta Petugas Kargo Alan Tan Cheng Chuan.
Investigasi menemukan bahwa satu dari dua kapal yang digunakan untuk mengangkut produk minyak curian tersebut adalah Sentek 26 yang dikelola oleh Sentek Marine & Trading.
Warga Singapura lain yang dituduh terlibat, bekerja untuk Intertek, sebuah perusahaan yang terdaftar di Inggris yang mengkhususkan diri pada penjaminan kualitas dan kuantitas, termasuk untuk produk bahan bakar.
Adapun warga negara Vietnam dituduh menerima barang curian di atas dua kapal lainnya, Perdana Selatan dan MT Gaea. Dua-duanya kapal berbendera Panama.
Dokumen pengadilan mencantumkan tanggal pencurian yang berlangsung sejak Juli 2017. Banyak di antaranya terjadi pada jam kerja normal kilang. Jenis minyak yang dicuri adalah bahan bakar diesel senilai jutaan dolar.
Reuters mencatat setidaknya terjadi 11 kali pencurian. Pencurian paling awal terjadi pada 24 Juli 2017, sebesar 765 metrik ton dengan nilai Sin$ 252.558. Adapun pencurian terakhir yang tercantum dalam dokumen berlangsung pada 7 Januari 2018 lalu, sebanyak 1.260 metrik ton, senilai Sin$ 687.960.
Pencurian dengan volume dan nilai terbesar berlangsung pada 21 November 2017, sebanyak 2,322 metrik ton dengan taksiran nilai sekitar Sin$ 1,277,430.
Ada tiga kapal yang disebut dalam dokumen pengadilan telah menerima minyak curian, yaitu Perdana Selatan, Sentek 26, dan MT Gaea.
Selama tiga bulan terakhir, kapal-kapal tersebut telah melakukan perjalanan antar pelabuhan di Singapura, Vietnam, Thailand dan Indonesia, menurut data pelayaran yang ditunjukkan Thomson Reuters Eikon.
Polisi Singapura mengatakan penyelidikan masih berlangsung. Enam dari 17 pria yang awalnya ditangkap belum menghadapi dakwaan.
Beberapa dari mereka yang dituntut sejauh ini dijadwalkan kembali ke pengadilan pada 22 Januari dan 25 Januari 2018, dan mungkin menghadapi tuntutan tambahan.