Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Bogota. Pandemi corona di Kolombia menyebabkan kartel narkoba turun tangan mendisiplinkan masyarakat untuk menerapkan pencegahan penyebaran virus. Sayangnya, keterlibatan kartel narkoba tersebut berlebihan. Mereka membentuk kelompok bersenjata ilegal yang bisa membunuh warga pelanggar aturan lockdown.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan Human Rights Watch (HRW), kelompok bersenjata itu mengancam bahkan membunuh orang yang tidak mematuhi aturan. Dalam beberapa bulan terakhir, setidaknya ada sembilan orang yang dibunuh oleh geng kriminal itu, baik karena melanggar atau terang-terangan menentang.
Baca juga: Dua Korea berpotensi memanas kembali, ini penyebabnya
Edison Leon, salah seorang pemimpin komunitas setempat, dibunuh pada Juni lalu setelah mengirimkan surat peringatan kepada pemerintah. Dalam suratnya, Leon memperingatkan ada kelompok bernama La Mafia yang memaksakan pos pemeriksaan kepada warga maupun tenaga kesehatan di region Putumayo.
"Saya tidak berniat untuk mengirimkan orang kepada kematian," tulis Leon. Beberapa hari kemudian, kelompok itu membunuhnya.
Hingga Rabu malam waktu setempat (15/7/2020), kasus Covid-19 di Kolombia sudah mencapai 165.169 dengan 5.814 korban meninggal.
Di kota pelabuhan bernama Tumaco, yang disebut merupakan salah satu tempat berbahaya di negara itu, geng kriminal melarang warga untuk memancing. Dilansir Daily Mail Kamis (16/7/2020), mereka bahkan menerapkan jam malam pukul 17.00. Jauh lebih ketat dari yang diberlakukan pemerintah.
Direktur Amerika HRW menerangkan, hukuman keras dari kartel maupun geng itu menyasar daerah miskin maupun terpencil. "Setiap orang yang berada di daerah tersebut terancam diserang, bahkan harus kehilangan nyawanya jika meninggalkan rumah," jelas Vivanco.
Baca juga: China jadi negara pertama yang sanggup pulihkan ekonomi di masa pandemi
Dia menjelaskan grup tersebut berisi mantan pemberontak dari Revolutionary Armed Forces of Colombia dan Pasukan Pembebasan Nasional. Dalam pandangan Vivanco, kelompok itu tak hanya ingin meraih legitimasi sekaligus mengamankan pengaruh. Tapi juga ketakutan akan virus corona.