Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Menanggapi gelombang kedua, Singapura memperkenalkan langkah-langkah menjaga jarak fisik yang lebih ketat, melarang masuknya semua pelancong dari tanggal 23 Maret hingga 27 Maret, menutup bar dan tempat hiburan malam, membatasi pertemuan hingga 10 orang dan memperkenalkan hukuman bagi individu dan restoran yang gagal membuat pelanggannya terpisah satu meter. Tak hanya itu, warga didesak untuk tinggal di rumah dan pergi hanya untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok.
Minggu ini, Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong, yang bersama-sama mengetuai gugus tugas virus corona, mengatakan dua minggu ke depan akan sangat "kritis" dalam menunjukkan apakah langkah-langkah ini berhasil.
Dia mengatakan pemerintah perlu "membuat semua orang Singapura mengerti bahwa setiap orang sebenarnya ada di garis depan".
Pada 29 Februari, hanya ada enam kelompok infeksi lokal; pada awal April ada lebih dari 20, di antaranya sebuah studio pengantin, asrama pekerja, dan sebuah panti jompo dengan 11 kasus, termasuk seorang wanita berusia 102 tahun. Pun demikian dengan Mustafa Centre, tempat belanja populer bagi penduduk dan turis di distrik Little India, yang terkait dengan 11 infeksi.
"Tentunya, kita semua harus khawatir tentang gelombang kedua," kata Associate Professor Jeremy Lim dari program kesehatan global di Sekolah Kesehatan Publik Saw Swee Hock.