Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - LONG BEACH, California. Industri pelayaran laut global, yang menangani 80% perdagangan dunia, menghadapi ketidakpastian besar akibat kebijakan tarif dan ketegangan geopolitik yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump.
Kondisi ini menjadi latar belakang bagi konferensi TPM S&P Global di Long Beach, California, yang berfokus pada negosiasi kontrak pengiriman kontainer dan rantai pasokan.
Dinamika Perdagangan dan Dampak Tarif
Para pemain utama industri seperti MSC, Maersk, dan Hapag-Lloyd, serta pelanggan besar seperti Walmart dan perusahaan logistik seperti DSV dan DHL, tengah bergulat dengan dampak proteksionisme yang meningkat.
Kebijakan ini berpotensi mengurangi perdagangan internasional dan melemahkan posisi negosiasi pemilik kapal kontainer besar yang selama ini menikmati keuntungan tinggi.
Baca Juga: Warren Buffett Buka Suara, Sebut Tarif Baru Donald Trump sebagai Tindakan Perang
Trump telah memberlakukan tarif tambahan 10% pada barang-barang dari China dan mengusulkan biaya masuk pelabuhan bagi kapal buatan China. Selain itu, AS berpotensi mengenakan tarif 25% terhadap barang impor dari Meksiko seperti alpukat dan tequila, serta daging sapi, kayu, dan minyak dari Kanada.
Tarif baru juga direncanakan untuk baja dan aluminium, sementara Uni Eropa menghadapi ancaman bea masuk sebesar 25% pada produk mereka.
Menurut Peter Sand, kepala analis platform harga transportasi Xeneta, "Ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya melingkupi industri ini." Selain tarif, rantai pasokan global juga mengalami tekanan akibat cuaca ekstrem dan perubahan rute kapal untuk menghindari ancaman dari militan Houthi yang didukung Iran di Laut Merah.
Perubahan Permintaan dan Tekanan Harga
Importir AS telah meningkatkan pembelian barang seperti mainan plastik dan suku cadang mesin untuk menghindari tarif. Namun, para ahli memperingatkan bahwa permintaan dapat menurun setelah tarif baru mulai berlaku, negara-negara sasaran melakukan pembalasan, dan konsumen yang sudah terbebani inflasi menghadapi kenaikan harga lebih lanjut.
Indeks tarif spot World Container Index Drewry untuk kontainer 40 kaki turun menjadi US$2.629 per unit pada Kamis lalu—75% lebih rendah dibandingkan puncak pandemi sebesar US$10.377 pada September 2021 dan merupakan level terendah sejak Mei 2024.
Analis Jefferies memperkirakan bahwa "lanskap geopolitik yang semakin kompleks dapat menyebabkan fluktuasi besar dalam tarif pelayaran, namun skenario dasar kami adalah moderasi sepanjang 2025."
Baca Juga: Bitcoin Terbang! Kebijakan Kripto Trump Picu Kenaikan Gila-gilaan di Pasar
Usulan Tarif Baru untuk Kapal Buatan China
Pada 21 Februari, Perwakilan Dagang AS mengusulkan biaya masuk tinggi bagi kapal buatan China yang berlabuh di pelabuhan AS sebagai bagian dari rencana yang didukung serikat pekerja untuk mendukung industri pembuatan kapal AS.
Di bawah proposal ini, kapal milik operator transportasi maritim China, termasuk perusahaan negara COSCO, dapat dikenai biaya masuk pelabuhan hingga US$1 juta per kapal. Operator lain yang menggunakan kapal buatan China dapat menghadapi biaya hingga US$1,5 juta.
Kebijakan ini dapat menguntungkan operator pelayaran Taiwan dan Korea Selatan, tetapi para ahli memperingatkan dampaknya yang besar terhadap operator kontainer serta harga barang konsumsi seperti mainan, pakaian, makanan, dan bahan bakar.
Menurut ahli pelayaran kontainer Lars Jensen, "Beban ekonomi bagi eksportir dan importir AS akan sangat besar. Tindakan yang diambil oleh pemerintahan AS dalam empat minggu terakhir belum pernah terjadi sebelumnya dalam cakupan dan skala."