Sumber: Al Jazeera,BBC | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Informasi baru kembali muncul dari data-data Pentagon yang bocor. Kali ini Amerika Serikat disebut telah memata-matai Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, selama perang di Ukraina berlangsung karena dianggap bersikap terlalu lunak kepada Rusia.
Melansir BBC, dokumen-dokumen itu mengungkapkan komunikasi pribadi antara Guterres dan wakilnya yang berfokus pada kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam.
Menurut dokumen itu, Guterres sangat ingin mempertahankan ekspor dan bersedia mengakomodasi kepentingan Rusia untuk mewujudkannya.
"Guterres menekankan upayanya untuk meningkatkan kemampuan ekspor Rusia, bahkan jika itu berarti bekerja dengan entitas atau individu Rusia yang terkena sanksi," bunyi dokumen tersebut.
Ukraina dan Rusia menandatangani kesepakatan ekspor terkait pada bulan Juli. Keduanya berkomitmen untuk mengizinkan ekspor biji-bijian, pupuk, dan barang pertanian lainnya melintasi Laut Hitam saat mereka berperang.
Baca Juga: Analisa Rusia: Dokumen Bocor Intelijen AS Kemungkinan Palsu untuk Menyesatkan Kremlin
Guterres dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memediasi pembicaraan tersebut karena meyakini langkah itu dapat membantu meringankan krisis pangan global.
Dokumen Pentagon yang bocor menyebut Guterres telah menghalangi upaya luas untuk meminta pertanggungjawaban Rusia di Ukraina selama proses diskusi berlangsung di bulan Februari tahun lalu.
Dalam dokumen lain, disebutkan bahwa Guterres kecewa setelah menelepon Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, karena Uni Eropa bermaksud meningkatkan produksi senjata dan amunisinya untuk Ukraina.
Merespons laporan tersebut, juru bicara Guterres, Stephane Dujarric, mengaku tidak terkejut dengan fakta bahwa orang-orang memata-matai sang sekjen dan mendengarkan percakapan pribadinya. Apalagi jika melihat lamanya masa jabatan Guterres.
"Yang mengejutkan adalah, penyimpangan atau ketidakmampuan yang memungkinkan percakapan pribadi seperti itu terdistorsi dan menjadi konsumsi publik," kata Stephane Dujarric kepada Al Jazeera.
Baca Juga: Bocoran Dokumen Intel AS Sebut Serbia Setuju Mempersenjatai Ukraina
Kebocoran Data Pentagon
Kebocoran data Pentagon sukses membuat publik heboh dalam beberapa hari terakhir. Situasi ini pun telah memicu penyelidikan keamanan nasional di AS.
Dokumen-dokumen yang beredar mengungkapkan informasi yang sangat sensitif terkait perang di Ukraina dan mengindikasikan bahwa AS telah memata-matai sekutunya.
Pejabat AS telah memperingatkan setidaknya beberapa dokumen tampaknya direkayasa. Secara umum, belum ada dokumen yang benar-benar telah diverifikasi.
Washington Post pada hari Rabu (12/4) melaporkan bahwa orang yang membocorkan dokumen rahasia tersebut adalah seorang penggemar senjata berusia 20-an yang bekerja di pangkalan militer. Ratusan halaman diposting di sebuah ruang obrolan aplikasi Discord.