Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sebelumnya, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS menegaskan kembali seruannya kepada China untuk menghentikan tekanan militer, diplomatik dan ekonominya terhadap Taiwan.
Dia menambahkan Beijing sebagai gantinya harus terlibat dalam dialog dengan perwakilan Taiwan yang terpilih secara demokratis.
Baca Juga: Beijing rilis undang-undang penembakan, ini reaksi keras Washington!
Presiden AS Joe Biden, dalam panggilan telepon pertamanya sebagai kepala negara dengan Presiden China Xi Jinping, mengatakan kepada Beijing tentang keprihatinannya atas Taiwan.
"Saya berbicara hari ini dengan Presiden Xi untuk menyampaikan harapan baik kepada rakyat China untuk tahun baru Imlek. Saya juga berbagi keprihatinan tentang praktik ekonomi Beijing, pelanggaran hak asasi manusia, dan pemaksaan Taiwan," kata Joe Biden dalam pernyataan yang diterbitkan oleh Gedung Putih setelah percakapan pada 10 Februari.
Baca Juga: Ketegangan regional mendidih, Beijing dirikan pangkalan militer besar-besaran!
Pada awal tahun, Xi mengatakan kepada pasukan PLA untuk siap berperang setiap saat.
Bonji Ohara, seorang rekan senior di Sasakawa Peace Foundation yang berbasis di Tokyo, juga berbicara baru-baru ini tentang pentingnya Laut China Selatan.
"Pertama, Laut China Selatan penting untuk patroli strategis SSBN (kapal selam rudal balistik nuklir) China, yang perlu memasuki Samudra Pasifik barat untuk pencegahan nuklir terhadap AS," jelas Ohara kepada Anadolu Agency pada hari Kamis (25/2/2021).
Pakar tersebut juga menyarankan perairan yang disengketakan berfungsi sebagai zona penyangga bagi China jika AS melakukan serangan militer terhadap China daratan.
"China mengakui masalah Laut China Selatan dan dapat mengontrol persaingan bilateral dengan AS, tetapi khawatir bahwa AS dan sekutunya mungkin menahan Beijing dari Samudra Pasifik, Laut China Selatan, dan Samudra Hindia," paparnya.