Sumber: CNBC | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Keputusan CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett, keluar dari saham maskapai penerbangan menjadi sebuah wake up call bagi para investor. Keputusan Buffett ini merupakan hal yang tidak biasa bagi investor jangka panjang seperti Buffett.
Mengutip CNBC, Selasa (5/5), saham maskapai penerbangan Amerika Serikat (AS) dijual pada hari perdagangan karena para investor mengetahui bahwa Buffett mengatakan Berkshire Hathaway melepas posisi terbesarnya di American, Delta, Southwest and United karena kurangnya permintaan perjalanan di tengah pandemi virus corona.
Baca Juga: Warren Buffett pegang tunai Rp 2.000 triliun, tapi tak masuk pasar karena alasan ini
"Bagi saya itu adalah afirmasi bahwa... waktunya bagi Anda harus pergi," kata Jim Cramer, pembawa acara “Mad Money” sambil menunjuk rekomendasinya terhadap sekitar 100 ekuitas.
Ia mengatakan, Buffett memiliki cakrawala waktu yang lama, beberapa malah mengatakan terlalu lama.
Menurut Jim Cramer, langkah yang dilakukan Buffett, seorang pendukung setiap investasi dalam dana indeks pendapatan rendah, adalah perubahan penting bagi investor terkenal yang dikenal dengan istilah bahwa agresif saat yang lain takut dan takut saat yang lain agresif.
Baca Juga: Warren Buffett memperingatkan konsekuensi ekstrim langkah terbaru The Fed
Namun saat ini, Buffett justru ragu-ragu masuk ke pasar. Bahkan Berkshire Hathaway selama akhir pekan mengungkapkan kehilangan US$ 50 miliar dalma investasinya selama kuartal pertama yang penuh gejolak.
"Dia (Buffett) benar-benar rela kehilangan uang dalam jangka pendek jika dia yakin ada peluang jangka panjang, tetapi dia tidak [menjadi agresif] dengan maskapai," kata Cramer.
Baca Juga: Pelajaran dari Buffett
"Dia mengakui bahwa fakta telah berubah, dan dia memberi jaminan pada seluruh kelompok karena dia tahu saham ini beracun," ujarnya.
Karna itu, Cramer menyarankan pada investor untuk menjual saham-saham mereka sambil menunggu kondisi yang lebih pasti.
Namun Cramer menyadari sejumlah investor masih menyangkal betapa buruknay kondisi saat ini. Termasuk sejumlah perusahaan yang paling rentan terpukul.