Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Seorang komandan Pengawal Revolusi Iran menyebut negaranya telah mengembangkan rudal jelajah jarak jauh dengan jangkauan 1.650 km. Pengembangan ini bisa menimbulkan kekhawatiran Barat soal kemampuan Iran setelah sebelumnya Rusia menggunakan drone buatan Iran dalam perang dengan Ukraina.
Amirali Hajizadeh, Kepala Pasukan Kedirgantaraan Pengawal Revolusi juga berbicara tentang ancaman yang sering berulang kali diucapkan pejabat Iran untuk membalas pembunuhan terhadap seorang komandan Iran Qassem Soleimani oleh pasukan AS.
“Rudal jelajah kami dengan jangkauan 1.650 km telah ditambahkan ke gudang rudal Republik Islam Iran,” kata Hajizadeh kepada TV pemerintah.
Hajizadeh mengatakan Iran tidak berniat untuk membunuh tentara AS ketika melancarkan serangan rudal balistik terhadap pasukan pimpinan AS di Irak beberapa hari setelah Qassem Soleimani terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS pada tahun 2020 di Baghdad.
Baca Juga: Rudal Israel Serang Gedung di Damaskus Tengah, Lima Tewas
"Insya Allah, kami ingin membunuh Trump. (Mantan Menteri Luar Negeri AS Mike) Pompeo dan komandan militer yang mengeluarkan perintah (untuk membunuh Soleimani) harus dibunuh," kata Hajizadeh dalam wawancara televisi.
Para pemimpin Iran memang sering bersumpah untuk membalas dendam Soleimani dengan tegas.
Iran telah memperluas program misilnya, terutama misil balistiknya, yang bertentangan dengan penentangan oleh Amerika Serikat dan ekspresi keprihatinan negara-negara Eropa. Namun Teheran mengatakan program itu murni defensif dan bersifat pencegahan.
Iran mengatakan telah memasok pasukan Rusia dengan drone sebelum perang di Ukraina. Rusia telah menggunakan drone untuk menargetkan pembangkit listrik dan infrastruktur sipil.