Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Sejumlah perusahaan keuangan di Hong Kong meminta karyawan mereka untuk mencari keselamatan atau bekerja dari rumah, ketika protes anti-pemerintah melumpuhkan distrik bisnis di hari ketiga aksi pada pekan ini.
Pengaturan kerja yang fleksibel telah menjadi norma bagi banyak perusahaan besar di Hong Kong begitu kekerasan dalam demo pro-demokrasi meningkat. Bahkan, perusahaan mengeluarkan kebijakan baru, setelah gas air mata mengepul di pusat bisnis di bekas jajahan Inggris itu pada pekan ini.
"Demi keselamatan Anda, tolong berlindung di tempat-tempat yang aman," tulis J.P. Morgan dalam pesan singkat kepada karyawan mereka, Rabu (13/11), yang sempat Reuters lihat.
Baca Juga: Semakin mencekam, Hong Kong bersiap menghadapi aksi kekerasan yang lebih luas lagi
Sebagian besar kantor cabang bank di kawasan bisnis Hong Kong, yang populer dengan sebutan Central, menutup daun jendelanya pada hari ini. Sebab, para pengunjuk rasa menghancurkan kaca depan kantor cabang Bank of Communications (BoCom) dan menulis dengan cat semprot "Berjuang untuk kebebasan!" dekat pintu masuk.
Banyak bisnis milik China khususnya bank seperti BoCom menjadi sasaran amuk pengunjuk rasa yang marah. Para pendemo meluapkan amarah kepada bisnis-bisnis China lantaran memandang Beijing sudah mengganggu kehidupan demokrasi di Hong Kong.
Juru bicara Standard Chartered mengatakan, perusahaan telah meminta karyawan mereka untuk melakukan pengaturan kerja, seperti bekerja dari rumah dan menjadwal ulang pertemuan dan perjalanan, jika perlu.
Baca Juga: Amerika Serikat mengutuk aksi kekerasan di Hong Kong
Perwakilan dari bank lain, termasuk UBS, Citigroup, Societe Generale, dan Bank of America, menyatakan, mereka sudah memberi izin karyawan untuk bekerja dari jarak jauh. Sumber di Prudential menyebutkan, semua staf telah dipulangkan hari ini.
Para pemrotes anti-pemerintah melumpuhkan sebagian Hong Kong dalam aksi minggu ini, dengan beberapa jaringan transportasi, sekolah, dan banyak bisnis tutup di tengah sejumlah kekerasan terburuk sejak protes meningkat lebih dari lima bulan lalu.
Hong Kong merupakan salah satu pusat keuangan terpenting di dunia, dengan total aset perbankan, dana, dan aset manajemen senilai lebih dari US$ 6 triliun.