Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - BIARRITZ. Pertengkaran meletus di antara negara-negara G7 dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) G7 digelar Sabtu (24/8) lantaran ada perbedaan tajam dalam membahas tentang ketegangan perdagangan global, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dan bagaimana menanggapi kebakaran di hutan Amazon.
Mengutip Reuters, Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai tuan rumah KTT merencanakan pertemuan tiga hari di resor tepi laut Atlantik di Biarritz sebagai kesempatan untuk menyatukan sekelompok negara-negara kaya yang tergabung dalam G7.
Macron menetapkan agenda KTT negara-negara yang beranggotakan Prancis, Inggris, Kanada, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat ini mencakup pertahanan demokrasi, kesetaraan jender, pendidikan dan lingkungan.
Macron juga mengundang para pemimpin negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin untuk bergabung dalam memecahkan masalah global ini.
Namun, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan semakin sulit untuk menemukan landasan bersama.
Baca Juga: Trump: Naikkan pajak mobil Eropa, mereka bakal memberikan apapun yang saya minta
"Ini adalah KTT G7 yang akan sulit menyatukan dan solidaritas dunia dan para pemimpinnya," katanya kepada wartawan sebelum pertemuan seperti dikutip Reuters.
"Ini mungkin saat terakhir untuk memulihkan komunitas politik kita."
Trump tiba di Prancis sehari setelah menanggapi putaran baru tarif China dengan mengumumkan bahwa AS akan mengenakan tarif tambahan 5% untuk impor China senilai US$ 550 miliar.
"Sejauh ini sangat baik," ujar Trump kepada wartawan ketika duduk bersama Macron. Trump juga mengatakan kedua pemimpin memiliki hubungan khusus.
"Kami akan mencapai banyak hal akhir pekan ini."
Macron mencatat masalah kebijakan luar negeri yang akan dibahas keduanya, termasuk Libya, Suriah dan Korea Utara dan mengatakan mereka berbag tujuan mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
Trump kemudian menulis di Twitter bahwa makan siang dengan Macron adalah pertemuan terbaik dan bahwa pertemuan dengan para pemimpin dunia pada Sabtu malam juga berjalan sangat baik.
Namun senyum awal tak bisa menyamarkan pendekatan berlawan dari Trump dan Macon terhadap banyak masalah, termasuk pernyataan rumit tentang proteksionisme dan pajak.
Sebelum kedatangannya, Trump mengulangi ancaman pajak anggur Prancis sebagai balasan atas pungutan baru Prancis pada layanan digital, yang menurutnya secara tidak adil membidik perusahaan AS.
Dua pejabat AS mengatakan bahwa delegasi Trump juga jengkel dengan Macron yang memusatkan perhatian pada pertemuan G7 dengan masalah khusus dengan mengorbankan ekonomi global yang dikhawatirkan melambat dan berisiko tergelincir ke dalam resesi.
Menambah dinamika tak terduga di antara pemimpin G7 adalah kenyataan baru yang dihadapi Inggris terkait Brexit: Berkurangnya pengaruh di Eropa dan meningkatnya ketergantungan pada AS.
Perdana Menteri Baru Inggris Boris Johnson ingin mencapai keseimbangan antara tidak mengasingkan sekutu Eropa Inggris dan tidak mengganggu Trump dan mungkin membahayakan hubungan perdagangan di masa depan.
Johnson dan Trump akan menggelar pembicaraan bilateral pada Minggu pagi waktu setempat.
Sebelum pertemuan puncak, Johnson dan Tusk berdebat tentang siapa yang harus disalahkan jika Inggris keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober tanpa perjanjian penarikan.
Tusk mengatakan kepada wartawan bahwa dia terbuka terhadap ide-ide dari Johnson tentang bagaimana menghindari Brexit tanpa kesepakatan ketika keduanya bertemu.
"Saya masih berharap bahwa Perdana Menteri Johnson tidak akan suka mencatat sebagai Tuan no deal," jelas Tusk sebagai presiden dewan yang memimpin arah politik Uni Eropa.
Johnson kemudian membalas bahwa ia akan menjadi Tusk yang akan membawa mantel jika Inggris tidak bisa mengamankan perjanjian penarikan baru.
"Saya akan mengatakan kepada teman-teman kita di Uni Eropa jika mereka tidak menginginkan Brexit tanpa kesepakatan, maka kita harus menyingkirkan jalan keluar dari perjanjian itu."