Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Di tengah ketegangan yang meningkat dengan China, Perdana Menteri Scott Morrison mengumumkan peningkatan anggaran pertahanan Australia sebesar 40% selama 10 tahun ke depan, yang berfokus pada kawasan Indo-Pasifik.
Dalam pidatonya, Rabu (1/7), Morrison mengatakan, Australia akan membelanjakan A$ 270 miliar atau US$ 186,5 miliar selama 10 tahun ke depan untuk mendapatkan kemampuan serangan jarak jauh di udara, laut, dan darat.
Melansir Reuters, Morrison menyebutkan, Australia juga akan mengalihkan fokus militernya ke kawasan Indo-Pasifik.
Baca Juga: China gelar latihan militer di Laut China Selatan mulai Rabu ini hingga Minggu
“Kami ingin Indo-Pasifik bebas dari paksaan dan hegemoni. Kami menginginkan sebuah wilayah di mana semua negara, besar dan kecil, bisa terlibat secara bebas satu sama lain dan dipandu oleh aturan dan norma internasional,” kata Morrison.
Menurut Morrison, Australia pertama-tama akan membeli 200 rudal anti-kapal jarak jauh AGM-158C dari Amerika Serikat (AS) dengan nilai A$ 800 juta.
Kabarnya, rudal tersebut untuk melengkapi persenjataan pesawat tempur 24 F/A-18F Super Hornet milik Angkatan Udara Australia.
Negeri kanguru juga akan mengembangkan rudal hipersonik yang bisa terbang setidaknya lima kali kecepatan suara.
Baca Juga: Natuna jadi garis terdepan sengketa wilayah RI vs Tiongkok di Laut China Selatan
Ketegangan atas klaim teritorial meningkat di seluruh wilayah Indo-Pasifik
"Ketegangan atas klaim teritorial meningkat di seluruh wilayah Indo-Pasifik, seperti yang kita lihat baru-baru ini di perbatasan yang disengketakan antara India dan China, di Laut China Selatan, dan di Laut China Timur," ujar Morrison.
"Risiko salah perhitungan dan bahkan konflik meningkat," tambahnya.
Meskipun Morrison tidak menyebut nama China, sikap Australia terhadap Indo-Pasifik merupakan sinyal bahwa Canberra berniat lebih tegas dalam berurusan dengan Beijing dan mengurangi ketergantungan pada AS.
Baca Juga: Pakar: Pesawat tempur AS terbang di Laut China Selatan untuk awasi kapal selam China
"China adalah gajah tak terucapkan di ruangan itu (saat pidato Morrison)," kata Sam Roggeveen, Direktur Program Keamanan Internasional Lowy Institute yang berbasis di Sydney, kepada Reuters.
"Meskipun benar kita fokus pada wilayah kita, tetapi membeli rudal jarak jauh, terutama untuk target di darat, bisa mengundang tanggapan dari Beijing," ujar dia.