Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Hubungan Amerika Serikat dan China berada di ujung tanduk saat ketegangan militer antara dua negara dengan perekonomian terbesar dunia itu memanas. Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS bersumpah untuk tidak "menyerah sedikit pun" di wilayah Pasifik. Sebagai respons, China mengatakan Washington mempertaruhkan nyawa para tentara.
Melansir Reuters, keduanya berselisih tentang masalah teknologi dan hak asasi manusia hingga aktivitas militer China di Laut China Selatan yang disengketakan. Masing-masing pihak menuduh satu sama lain melakukan aksi provokatif yang disengaja.
Dalam langkah terbaru AS melawan China menjelang pemilihan presiden November, Washington pada hari Rabu memasukkan 24 perusahaan China ke daftar hitam dan menargetkan individu atas konstruksi dan tindakan militer di jalur air Laut China Selatan yang sibuk.
Baca Juga: Peringatan AS ke China: Kami tidak akan serahkan wilayah Indo-Pasifik satu inci pun!
Pada hari Kamis (27/8/2020), sebuah kapal perang Angkatan Laut AS melakukan operasi rutin di dekat Kepulauan Paracel di Laut China Selatan, aksi yang kerap dikritik oleh Beijing karena mengancam kedaulatannya.
Di Hawaii, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan bahwa Partai Komunis China (PKC) yang berkuasa ingin Beijing memproyeksikan kekuatan secara global melalui militernya.
"Untuk memajukan agenda PKT, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) terus mengejar rencana modernisasi yang agresif untuk mencapai militer kelas dunia pada pertengahan abad ini," kata Esper.
Baca Juga: Laut China Selatan membara, peluang lepas tembakan sambil poles senjata meningkat
Dia menambahkan, "Ini pasti akan melibatkan perilaku provokatif PLA di Laut China Selatan dan Timur, dan di mana pun yang dianggap penting oleh pemerintah China untuk kepentingannya."