Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Xi Jinping berusaha untuk mendorong pengaruh global China dan mencapai tujuan yang tidak dicapai oleh para pendahulunya, termasuk dengan membawa Hong Kong ke bawah, kata Lin kepada Reuters di markas besar partai di pusat kota Taipei.
"Ketika kami mengatakan prestasi, untuk Taiwan itu jelas bukan pertanda baik, itu bukan hal yang baik," kata Lin.
Dia menambahkan, "Saya pikir dalam lima tahun ke depan akan lebih intens untuk hubungan lintas selat, itu akan lebih tidak stabil dan juga ketegangan di Selat Taiwan akan meningkat ke tingkat yang berbeda."
Perang apa pun dapat menghancurkan ekonomi global, mengingat peran kunci Taiwan sebagai produsen semikonduktor, dan berpotensi menyeret Amerika Serikat. Apalagi Presiden Joe Biden berjanji bulan lalu untuk membela Taiwan jika terjadi "serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya" oleh China.
Seorang pejabat senior keamanan Taiwan mengatakan masa jabatan ketiga Xi akan membawa "ketegangan tak terduga" di selat itu.
"Kami tidak akan provokatif. Kami tidak akan membiarkan China menggunakannya sebagai alasan," jelasnya.
Baca Juga: Bakal Jadi Presiden China Lagi, Ini Tantangan Xi Jinping
Dalam satu aspek di Taiwan, Xi Jinping telah mencatat sejarah dengan bertemu dengan Presiden Taiwan saat itu Ma Ying-jeou di Singapura pada tahun 2015, pertemuan pertama sejak pemerintah Republik China melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949.
Tetapi China telah menolak untuk berbicara dengan penggantinya, Tsai, sejak dia pertama kali terpilih pada tahun 2016, dengan keyakinan bahwa dia adalah seorang separatis. Tsai telah berulang kali menawarkan pembicaraan atas dasar kesetaraan dan saling menghormati.
China belum menemukan jadwal untuk "menyelesaikan masalah Taiwan" seperti yang disebut oleh pejabat China. Akan tetapi Xi Jinping mengatakan pada tahun pertamanya sebagai presiden pada tahun 2013 bahwa solusi politik tidak dapat menunggu selamanya.
Huang Kwei-bo, seorang profesor diplomasi di Universitas Nasional Chengchi Taipei yang merupakan bagian dari delegasi Ma ke KTT Singapura, mengatakan Xi Jinping kemungkinan ingin membuat Taiwan di bawah kendalinya lebih cepat daripada nanti.
"Karena semakin kedua belah pihak bersatu, semakin besar biaya yang harus dibayar Beijing untuk penyatuan nasional," katanya kepada Reuters. "Xi Jinping, saya pikir, dalam pikirannya, lebih cepat lebih baik daripada nanti."