kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja perusahaan minyak terbakar penurunan harga


Sabtu, 08 Agustus 2015 / 15:33 WIB
Kinerja perusahaan minyak terbakar penurunan harga


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Penurunan harga minyak mentah memberi efek negatif ke produsen emas hitam. Tak hanya terasa terhadap kinerja perusahaan minyak, negara penghasil minyak menuai dampaknya.

Apalagi, Kamis (5/8) lalu, harga minyak berada di level terendah sejak 2009 yakni US$ 44,66 per barel. Akibatnya, beberapa perusahaan minyak raksasa melaporkan kinerja terburuk dalam beberapa tahun belakangan.

Laba bersih ExxonMobil di kuartal kedua tahun ini, misalnya, anjlok 52%. Begitu juga Chevron merosot 90%. Tak ketinggalan ConnocoPhilips kehilangan US$ 180 juta.

Alhasil, perusahaan minyak terpaksa memangkas belanja modal dan memecat sejumlah karyawan mereka. Sebab, hanya dengan dana kas yang sehat yang bisa membantu perusahaan tetap bertahan.

Tak cuma itu, perusahaan minyak juga memotong biaya pengeboran 30%, merumahkan ribuan pekerja, dan menawar ulang kontrak jasa ladang minyak. Tapi, "Itu semua hanya untuk menunda," ujar Carl Tricoli, Co-Founder Denham Capital Management, perusahaan private equity berpusat di Boston, AS.

Sebab, sebelumnya perusahaan minyak bisa bergantung dari kontrak berjangka. Kini, sepertinya akan sulit. "Tahun lalu bisa US$ 85 per barel– US$ 90 per barel, sekarang harga kontrak hanya US$ 60," ujar Chris Lang, Senior Vice President Asset Risk Management di Houston, AS.

Arab Saudi sebagai negara penghasil minyak juga menimba tuah dari pelemahan harga minyak. Negeri Petro Dollar yang memiliki ketergantungan pendapatan dari minyak 90% ini cukup terpukul.

Dana cadangan mereka menyusut drastis dari posisi Agustus 2014 yang mencapai US$ 737 miliar. Pada Mei 2015 lalu dana tersebut tersisa US$ 672 miliar.

Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan memproyeksikan, defisit anggaran Arab Saudi tahun ini bisa mencapai 20% dari produk domestik bruto (PDB) atau US$ 140 miliar.

Buntutnya, Standard & Poor (S&P) menurunkan prospek Arab Saudi menjadi negatif pada Februari lalu. "Kami melihat perekonomian Arab Saudi rentan terhadap penurunan tajam dan berkelanjutan harga minyak," tulis S&P seperti dikutip dari Telegraph.

Tambah lagi, warga Arab dibebaskan dari pajak atas dividen, pendapatan, bunga, atau saham, plus mendapat subsidi BBM dan listrik. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×