kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah Coco Chanel, desainer kondang yang pernah tinggal di panti asuhan dan miskin


Senin, 05 April 2021 / 10:32 WIB
Kisah Coco Chanel, desainer kondang yang pernah tinggal di panti asuhan dan miskin
ILUSTRASI. Kisah Coco Chanel, desainer kondang yang pernah tinggal di panti asuhan dan miskin.


Penulis: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Anda tentu sudah pernah mendengar merek fesyen terkenal Chanel. Brand ini merupakan salah satu brand premium yang sering dipakai oleh banyak pesohor dunia. 

Chanel mengeluarkan tidak hanya busana saja, namun juga tas hingga parfum dan produk kecantikan. Kualitas dari produk Chanel membuat harga tiap barangnya mencapai ratusan ribu hingga jutaan Rupiah. 

Chanel merupakan nama merek yang diambil dari nama pendirinya yaitu Coco Chanel. Karya Coco Chanel berhasil membawa tren busana bagi wanita pada tahun 1920an dan masih diminati hingga saat ini. 

Chanel terkenal dengan little black dress atau gaun malam hitam. Dia mampu membawa warna yang identik dengan suasana berkabung menjadi warna yang mewah untuk gaun malam. 

Hidup sebagai anak panti asuhan dan miskin

Melansir Encyclopedia Britannica, Coco Chanel memiliki nama asli yaitu Gabrielle Bonheur Chanel. Chanel lahir di Saumur, Perancis pada tanggal 19 Agustus 1883. 

Kehidupan Chanel muda tidak seindah yang dibayangkan banyak orang. Dia hidup dalam kemiskinan setelah sang ibu meninggal dan ayahnya menelantarkan meninggalkan Chanel di panti asuhan. 

Saat tinggal di panti asuhan, Chanel belajar menjahit dari biarawati. Kemampuan ini lah yang menjadi kunci kesuksesan Coco Chanel dalam mengembangkan bisnis busana nya. 

Chanel tidak serta-merta menggeluti profesi sebagai perancang busana. Pada awal karir nya, Chanel pernah menjadi penyanyi di kafe. 

Profesinya sebagai penyanyi membuat Chanel memiliki hubungan dengan beberapa pria kaya. Dari hubungan tersebut, Chanel mengembangkan relasi dan kepekaan dalam dunia fesyen.

Baca Juga: Dari Bill Gates hingga Michael Dell, ini daftar miliarder dunia yang drop out kuliah

Merintis bisnis di bidang fesyen

Chanel pertama kali memulai bisnis fesyennya saat berumur 20 tahunan. Melansir Biography, Etinne Balsan merupakan rekan Chanel yang pertama kali membantunya mendirikan bisnis topi untuk wanita di Paris.  

Namun kerjasama tersebut tidak berlangsung lama dan Chanel beralih bergabung dengan Arthur "Boy" Capel yang lebih kaya. 

Chanel membuka toko topi pertamanya di Paris's Rue Cambon pada tahun 1910. Bisnisnya terus berkembang sehingga ia membuak cabang di Deaville dan Biarritz. 

Setelah membuka dua cabang tersebut, Chanel memulai mengembangkan bisnis ke bidang busana. 

Baca Juga: Foto langka Elon Musk dan Jeff Bezos pernah makan malam bersama 17 tahun lalu

Kesuksesannya dalam bidang fesyen diawali dengan sebuah gaun yang didesain dari jersey tua yang menyita perhatian masyarakat. 

Busana yang dirancang Chanel memiliki ciri khas tersendiri yang sangat digemari kaum wanita. Dia selalu membuat busana yang sederhana namun tetap elegan dan tidak membatasi gerakan tubuh. 

Busana karya Coco Chanel cocok dipakai dalam suasana formal maupun untuk non-formal. Hal ini seperti quotes Chanel yang sangat terkenal yaitu"Kemewahan harus nyaman, jika tidak maka hal tersebut bukan sebuah kemewahan." 

Di akhir tahun 1920an, industri milik Coco Chanel bernilai jutaan dollar serta memperkerjakan lebih dari 2.000 orang. 

Pekerja tersebut tidak hanya modiste tetapi juga pekerja di pabrik tekstil, laboratorium parfum, dan pekerja di bagian perhiasan. 

Makin kaya dengan parfum dan gaun malam

Ketenaran dan kekayaan Coco Chanel makin meningkat setelah dia meluncurkan parfum pertamanya yaitu Chanel No.5. Wangi dari Chanel No.5 tidak terlalu manis sehingga banyak diminati oleh masyarakat.

Selain parfum, Chanel juga memperkenalkan little black dress atau gaun malam hitam pada tahun 1920. 

Desain gaun tersebut merupakan sebuah revolusi brilian yang mengubah warna hitam yang identik dengan suasana berkabung menjadi warna yang pas untuk acara berkelas. 

Gaun malam berwarna hitam karya Chanel membuat warna berkabung ini populer dipakai terutama di gaun-gaun malam dan pesta. 

Sayangnya Perang Dunia II memaksa bisnis fesyen Chanel tutup. Dia terpaksa memberhentikan banyak pekerjanya dan menutup toko-toko fesyennya. Chanel meninggalkan Perancis setelah perang berakhir dan tinggal di Swiss selama beberapa tahun. 

Baca Juga: Ingat, 3 kegiatan ini dilarang meski sekolah tatap muka sudah dilaksanakan

Kembali ke dunia fesyen dan kematian

Pada tahun 1954, Coco Chanel mencoba kembali terjun ke dunia fesyen yang membesarkan namanya. Ia kembali menggeluti dunia fesyen meski umurnya sudah mencapai 70 tahun. 

Bersumber dari Time, "dosa" Chanel pada masa Perang Dunia II yaitu berhubungan dengan diplomat Jerman, membuat kemunculannya menuai kritikan. 

Desain busana nya yang feminim dan mudah serta nyaman dipakai menuai banyak kritikan. Meskipun demikian, banyak masyarakat yang justru menerima mode fesyen yang dicetuskan Coco Chanel. 

Meskipun memiliki hubungan dengan beberapa pria, Chanel tidak pernah menikah hingga dia meninggal. 

Coco Chanel meninggal pada Januari tahun 1971 di apartemennya di Hotel Ritz. Banyak orang yang datang ke Gereja Madeleine untuk mengucapkan selamat tinggal pada Coco Chanel. 

Tidak sedikit pelayat yang mengenakan busana karya Chanel sebagai bentuk penghargaan. Saat ini perusahaan perusahaan milik Coco Chanel dipegang oleh keluarga Wetheimer. 

Perusahaan tersebut terus berkembang dengan angka penjualan yang mencapai ratusan juta dollar tiap tahunnya.

Selanjutnya: STAN hingga STIN, ini 8 sekolah kedinasan yang buka pendaftaran April 2021




TERBARU

[X]
×