kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah Lee Kuan Yew, PM yang sukses jadikan Singapura negara termakmur di ASEAN


Sabtu, 12 September 2020 / 16:05 WIB
Kisah Lee Kuan Yew, PM yang sukses jadikan Singapura negara termakmur di ASEAN


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Lee Kuan Yew merupakan pendiri negara Singapura. Nama Lee Kuan Yew tidak pernah terpisah dari sejarah Singapura. Dia lahir 16 September 1923 dan meninggal pada 23 Maret 2015 di Singapura. 

Lee Kuan Yew merupakan politikus dan pengacara yang pernah menjadi Perdana Menteri Singapura dari tahun 1959 hingga 1990. Selama pemerintahannya, Singapura menjadi negara paling makmur di Asia Tenggara.

Dikutip dari Biography, Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri atau PM terlama dalam sejarah dunia, yakni selama 31 tahun. Lee naik melalui jajaran sistem politik negaranya, sebelum menjadi perdana menteri pertama Singapura pada 5 Juni 1959. 

Di 1962, Lee memimpin Singapura melakukan pemisahan wilayah dengan Malaysia. Dia dinilai berhasil mentransformasikan negara kecil menjadi pusat keuangan global seperti sekarang.

Baca Juga: Sudah lama berselisih, adik PM Singapura gabung partai oposisi jelang pemilu

Dengan pandangannya yang amat pragmatis, Lee Kuan Yew berhasil mengubah Singapura dari sebuah pulau kecil yang tidak memiliki sumber daya alam menjadi sebuah keberhasilan ekonomi.

Penggabungan antara kapitalisme negara dan pribadi yang diterapkannya menjadikan Singapura sebagai sesuatu yang sering disebut pengamat sebagai "keajaiban ekonomi".

Di bawah kepemimpinannya, Singapura menjadI sejahtera, modern, efisien, dan bebas korupsi sehingga para investor asing berdatangan. Namun, di balik keberhasilan ekonomi itu, banyak yang mengecam catatan hak asasi manusia (HAM) di negara pulau tersebut.

Lee mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada 1990, dan putranya, Lee Hsien Loong menjadi perdana menteri di 2004.

Baca Juga: Ingin jadi PM Malaysia ketiga kali, Mahathir bidik tuntaskan kasus korupsi lawannya

Karier politik Lee Kuan Yew

Dilansir dari Britannica, Lee lahir dari keluarga Tionghoa kaya yang telah tinggal di Singapura sejak abad ke-19. Bahasa pertamanya adalah bahasa Inggris, dan hanya setelah memasuki politik dia menguasai bahasa China, juga Melayu dan Tamil.

Setelah Perang Dunia II, Lee belajar hukum di Fitzwilliam College, Cambridge, Inggris. Pada saat itu, Singapura adalah koloni Inggris dan memegang pangkalan angkatan laut utama Inggris di Timur Jauh. 

Negara itu diperintah oleh seorang gubernur dan dewan legislatif, yang sebagian besar terdiri dari pengusaha China kaya yang diangkat daripada dipilih oleh rakyat. 

Pada awal 1950-an, Singapura ramai dengan pembicaraan tentang reformasi konstitusional dan kemerdekaan, dan Lee bersatu dengan orang-orang yang berpikiran sama untuk menantang struktur pemerintahan negara. 

Dengan mengambil sikap yang lebih radikal, pada 1954 Lee menjadi sekretaris jenderal partainya sendiri, Partai Aksi Rakyat (PAP) untuk mendorong berdirinya Pemerintahan Singapura yang berdaulat sehingga kolonialisme Britania Raya dapat berakhir. 

Lima tahun kemudian, pada 1959, Lee terpilih sebagai perdana menteri pertama Singapura, menggantikan mantan Kepala Menteri Singapura David Saul Marshall. 

Baca Juga: Gara-gara masalah keluarga, adik PM Singapura dukung partai oposisi untuk pemilu

Kemudian, Lee kembali terpilih menjadi PM untuk ketujuh kalinya berturut-turut dalam kondisi Singapura yang bercondong kepada demokrasi terbatas (1963, 1968, 1972, 1976, 1980, 1984 dan 1988), hingga pengunduran dirinya pada November 1990. 

Pada kabinet Goh Chok Tong, Lee menjabat sebagai Menteri Senior. Agustus 2004, tatkala Goh mundur dan digantikan oleh anak Lee, Lee Hsien Loong, Goh menjabat sebagai Menteri Senior, dan Lee Kuan Yew menjabat posisi baru, yakni Menteri Mentor.

Lee membawa negaranya pemerintahan yang efisien dan kemakmuran yang spektakuler dengan mengorbankan gaya pemerintahan yang agak otoriter yang terkadang melanggar kebebasan sipil. 

Pada 1980-an, Singapura di bawah bimbingan Lee memiliki pendapatan per kapita kedua di Asia Timur setelah Jepang, dan negara tersebut telah menjadi pusat keuangan utama Asia Tenggara.

Selanjutnya: Jelang 50 tahun kemerdekaan, Singapura berantakan




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×