Penulis: Virdita Ratriani
Negara itu diperintah oleh seorang gubernur dan dewan legislatif, yang sebagian besar terdiri dari pengusaha China kaya yang diangkat daripada dipilih oleh rakyat.
Pada awal 1950-an, Singapura ramai dengan pembicaraan tentang reformasi konstitusional dan kemerdekaan, dan Lee bersatu dengan orang-orang yang berpikiran sama untuk menantang struktur pemerintahan negara.
Dengan mengambil sikap yang lebih radikal, pada 1954 Lee menjadi sekretaris jenderal partainya sendiri, Partai Aksi Rakyat (PAP) untuk mendorong berdirinya Pemerintahan Singapura yang berdaulat sehingga kolonialisme Britania Raya dapat berakhir.
Lima tahun kemudian, pada 1959, Lee terpilih sebagai perdana menteri pertama Singapura, menggantikan mantan Kepala Menteri Singapura David Saul Marshall.
Baca Juga: Gara-gara masalah keluarga, adik PM Singapura dukung partai oposisi untuk pemilu
Kemudian, Lee kembali terpilih menjadi PM untuk ketujuh kalinya berturut-turut dalam kondisi Singapura yang bercondong kepada demokrasi terbatas (1963, 1968, 1972, 1976, 1980, 1984 dan 1988), hingga pengunduran dirinya pada November 1990.
Pada kabinet Goh Chok Tong, Lee menjabat sebagai Menteri Senior. Agustus 2004, tatkala Goh mundur dan digantikan oleh anak Lee, Lee Hsien Loong, Goh menjabat sebagai Menteri Senior, dan Lee Kuan Yew menjabat posisi baru, yakni Menteri Mentor.
Lee membawa negaranya pemerintahan yang efisien dan kemakmuran yang spektakuler dengan mengorbankan gaya pemerintahan yang agak otoriter yang terkadang melanggar kebebasan sipil.
Pada 1980-an, Singapura di bawah bimbingan Lee memiliki pendapatan per kapita kedua di Asia Timur setelah Jepang, dan negara tersebut telah menjadi pusat keuangan utama Asia Tenggara.