kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Klub European Super League serakah uang? Ini bedanya aliran uang kompetisi ESL & UCL


Senin, 19 April 2021 / 21:17 WIB
Klub European Super League serakah uang? Ini bedanya aliran uang kompetisi ESL & UCL
ILUSTRASI. FILE PHOTO: Soccer Football - Europa League Group Stage Draw - Grimaldi Forum, Monaco - August 31, 2018 UEFA Champions League and Europa League logos displayed during the draw REUTERS/Eric Gaillard/File Photo


Sumber: New York Times | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - MADRID. Mantan pemain Manchester United Roy Keane dengan lantang menyebutkan kalau pecahnya kompetisi di Eropa itu persoalan uang dan keserakahan. Keane tidak melihat European Super League (ESL) yang digagas oleh 12 klub top Eropa itu sebagai ide yang bagus untuk sepak bola.
Bahkan, dia kini sedang menanti respon FIFA terkait dengan rencana itu. Roy Keane berharap ESL akan dihentikan."Itu tergantung pada uang, keserakahan," ujar pemain asal Irlandia itu.
Apakah benar tudingan Keane itu?

New York Times dalam laporannya mengulas perbedaan sistem pembagian keuntungan antara ESL dengan UEFA Champions League (UCL). Dengan sistem UCL ada aliran uang jutaan dolar dari Liga Champions saat ini. Namun formatnya juga mendukung tim-tim yang lebih kecil di setiap negara, yang mendapatkan manfaat dari setiap pertandingan termasuk melawan klub top Eropa. Artinya klub top Eropa harus membagikan uang yang diperoleh ke tim-tim kecil dari hak siar.

Nah, dengan sistem ESL yang akan diselenggarakan sendiri tanpa ada campur tangan UEFA maka tim-tim yang paling menarik dan paling sukses akan membagi duitnya itu sendiri. Hingga memungkinkan mereka untuk membagi miliaran dolar pendapatan tahunan di antara mereka sendiri.

Jika merujuk pengumuman ESL, 16 klub pendiri akan membagi 3,5 miliar euro (hampir $ 4,2 miliar) untuk penandatanganan guna membangun "fondasi keuangan yang berkelanjutan. Jika dibagi maka setiap klub pendiri akan menerima sekitar $ 400 juta. Nilai itu empat kali lipat dari apa yang dibawa pulang oleh pemenang Liga Champions pada tahun 2020 lalu.

Sebelumnya 16 tim top Eropa yakni Manchester City, Manchester United, Chelsea, Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Arsenal, Juventus, Inter Milan, dan AC milan, serta wakil Liga Spanyol yakni Real madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid mengumumkan akan membuat liga sendiri bertajuk European Super League.

Aroma perebutan uang yang tersaji dalam kompetisi sepakbola di kawasan benua biru itu memang tercium jelas. Presiden Real Madrid, Florentino Perez yang didapuk menjadi Ketua pertama European Super League menyebutkan akan membagikan dana €  3,5 miliar atau setara US$ 4,19 miliar ke klub untuk dibelanjakan pada proyek infrastruktur dan untuk menangani dampak pandemi Covid-10-19.

Para pendiri Liga Super juga menjanjikan pembayaran ke klub lebih besar dari yang selama ini mereka dapatkan saat masih bermain di bawah naungan UEFA. Mengutip Reuters, para klub akan mendapatkan lebih dari € 10 miliar.

"Kami akan membantu sepakbola di setiap level dan membawanya ke tempat yang selayaknya di dunia. Sepak bola adalah satu-satunya olahraga global di dunia dengan lebih dari empat miliar penggemar dan tanggung jawab kami sebagai klub besar adalah menanggapi keinginan mereka," kata Perez, Minggu (18/4) waktu setempat.
Meski baru ada tiga negara yang bakal ikut kompetisi tandingan itu, UEFA memang berang dengan langkah yang diambil 12 klub yang dianggap memiliki basis penonton besar di Eropa ini.

Dalam pernyataan resmi, UEFA bersama dengan pengelola Liga Inggris, Spanyol dan Italia baka l mengeluarkan sikap untuk melarang 12 klub itu bermain di liga domestik mereka.
Sementara FIFA sebagai otoritas sepakbola dunia juga menyayangkan adanya dualisme penyelenggaran kompetisi sepakbola di kawasan Eropa itu.




TERBARU

[X]
×