kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kompak Kritik Amerika, Rusia dan China Memperkuat Hubungan Militer


Rabu, 16 Oktober 2024 / 08:13 WIB
Kompak Kritik Amerika, Rusia dan China Memperkuat Hubungan Militer
ILUSTRASI. Rusia dan China mengadakan pembicaraan pertahanan dan militer yang substantif untuk memperkuat hubungan. REUTERS/Jason Lee


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Rusia dan China mengadakan pembicaraan pertahanan dan militer yang "substantif" untuk memperkuat hubungan.

Hal tersebut diungkapkan oleh menteri pertahanan Rusia pada hari Selasa (15/10/2024), saat Moskow dan Beijing memperkuat kemitraan "tanpa batas".

Pada saat yang bersamaan, kedua negara meningkatkan kritik terhadap upaya AS untuk memperluas pengaruhnya di Asia.

"Departemen militer Rusia dan China bersatu dalam penilaian mereka terhadap proses global, dan mereka memiliki pemahaman bersama tentang apa yang perlu dilakukan dalam situasi saat ini," demikian pernyataan resmi kementerian pertahanan Rusia mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Andrei Belousov, yang diunggah di aplikasi pesan Telegram.

Mengutip Reuters, Belousov mengatakan dia bertemu dengan wakil ketua komisi militer pusat China, Zhang Youxia untuk pembicaraan "yang sangat substantif".

Kementerian Pertahanan China mengatakan setelah pertemuan tersebut, kedua belah pihak berharap untuk memperdalam dan memperluas hubungan militer dan mempertahankan pertukaran tingkat tinggi.

Kunjungan Belousov ke Beijing dilakukan saat militer China berjanji untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Taiwan jika diperlukan setelah menggelar latihan perang selama sehari yang disebutnya sebagai peringatan terhadap "tindakan separatis" dan menuai kecaman dari pemerintah Taiwan dan AS.

Baca Juga: Efek Perlambatan China Mulai Terasa di Neraca Dagang Indonesia?

China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan "tanpa batas" pada Februari 2022 saat Presiden Vladimir Putin mengunjungi Beijing kurang dari tiga minggu sebelum pasukannya melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina. Serangan tersebut yang kemudian memicu perang darat paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Pada bulan Mei tahun ini, Putin dan Presiden China Xi Jinping menjanjikan "era baru" kemitraan antara dua rival terkuat Amerika Serikat, yang mereka anggap sebagai hegemon Perang Dingin yang agresif yang menebar kekacauan di seluruh dunia.

Putin dan Xi juga sepakat untuk memperdalam kemitraan strategis mereka, kata Belousov, tanpa memberikan perincian lebih jauh. 

Belousov juga menambahkan, dirinya yakin bahwa pekerjaan yang membuahkan hasil dan adopsi keputusan yang signifikan dan berbobot akan segera dilakukan.

Baca Juga: Nomor 1 Bukan Israel, Negara Ini Punya Sistem Rudal Antipesawat Terhebat Dunia

Rusia mengatakan pada minggu lalu bahwa pihaknya berdiri bersama China dalam isu-isu Asia, termasuk kritik terhadap upaya AS untuk memperluas pengaruhnya dan "upaya yang disengaja" untuk mengobarkan situasi di sekitar Taiwan.

AS mengatakan China mendukung upaya perang Rusia di Ukraina dengan memasok apa yang disebut barang-barang dengan penggunaan ganda, termasuk mikroelektronika, yang dapat membantu Rusia membuat senjata. 

China mengatakan bahwa pihaknya tidak menyediakan persenjataan kepada pihak mana pun, dan bahwa perdagangan normal dengan Rusia tidak boleh diganggu atau dibatasi.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×