kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Kompetisi Peretasan Jadi Strategi China Kuasai Teknologi Dunia


Sabtu, 03 Mei 2025 / 00:02 WIB
Kompetisi Peretasan Jadi Strategi China Kuasai Teknologi Dunia
ILUSTRASI. People look at vehicles displayed at the Lynk & Co booth during a media day for the Auto Shanghai show in Shanghai, China April 23, 2025. REUTERS/Go Nakamura


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China tengah menapaki jalan ambisius menuju dominasi teknologi global. Di balik kemajuan pesatnya, terselip strategi yang unik dan kontroversial, yakni kompetisi peretasan berskala nasional yang dijadikan senjata rahasia untuk mengumpulkan celah keamanan dari teknologi dunia.

Kompetisi hacking bukanlah hal baru. Dunia mengenal ajang bergengsi seperti Pwn2Own, tempat para peretas terbaik unjuk gigi membobol sistem keamanan raksasa teknologi. Namun, China memilih jalur berbeda. Bukannya bersaing di panggung global, mereka justru menarik diri dan membangun panggung sendiri yang diramai Tianfu Cup.

Langkah ini berawal dari tahun 2017, saat Zhou Hongyi, pendiri perusahaan keamanan siber raksasa Qihoo 360, mengguncang dunia keamanan digital dengan pernyataan mengejutkan. Ia menilai bahwa membagikan temuan celah keamanan ke luar negeri adalah bentuk pemborosan aset strategis. Dia berargumen buat apa membantu pihak luar.

Pernyataan ini disambut hangat oleh pemerintah China. Dukungan tersebut melahirkan Tianfu Cup, ajang eksklusif bagi para elite hacker Negeri Kunfu itu.  Namun,  yang membuat kompetisi ini berbeda bukan hanya pesertanya, melainkan juga tujuannya.

Di Tianfu Cup, celah keamanan pada produk global seperti Apple iOS, Android Google, dan Windows Microsoft bukan diumumkan ke publik atau diberikan ke pembuatnya—melainkan langsung diserahkan kepada pemerintah China.

Baca Juga: China Diam-Diam Susun Daftar Putih Produk AS yang Dibebaskan dari Tarif 125%

Menurut laporan Bloomberg , Jumat (2/5), sejak 2018, China secara resmi mengatur bahwa temuan dalam Tianfu Cup wajib diserahkan kepada negara, bukan ke perusahaan teknologi. Celah-celah yang belum diketahui pembuatnya, yang disebut zero-day vulnerabilities, sangat berharga dan bisa digunakan dalam operasi intelijen dan spionase digital.

Dakota Cary, analis dari perusahaan keamanan siber AS SentinelOne, menyebut langkah ini sebagai cara China membangun jalur resmi untuk mengumpulkan informasi strategis dari sistem-sistem asing. “Secara praktik, ini menjadikan kompetisi sebagai perpanjangan tangan negara dalam pengumpulan senjata digital,” ungkapnya.

Namun strategi ini bukan tanpa konsekuensi. China pernah terjerat skandal besar setelah dokumen internal dari perusahaan keamanan siber lokal i-Soon bocor di GitHub. Bocoran tersebut mengungkap kedekatan antara peretas, pemerintah, dan perusahaan-perusahaan yang dilibatkan dalam eksploitasi celah keamanan. Bahkan beberapa karyawan i-Soon kini menghadapi tuntutan dari pemerintah AS atas dugaan keterlibatan dalam serangan siber yang disponsori negara.

Menariknya, fokus Tianfu Cup kini mulai bergeser. Dari sebelumnya membobol sistem asing, kini para peserta menguji produk dalam negeri—mulai dari mobil listrik buatan lokal, ponsel pintar, hingga software keamanan. 

Baca Juga: China Manfaatkan Momen Kebingungan dan Gangguan Global untuk Mempromosikan Yuan

Langkah ini sejalan dengan kampanye nasional China yang dijuluki “Delete America”, upaya ambisius untuk menghapus ketergantungan pada teknologi asing dan membangun kedaulatan digital sepenuhnya.

Di balik kompetisi yang tampak seperti unjuk kebolehan teknis, Tianfu Cup sesungguhnya adalah gambaran nyata dari cara China bermain dalam lanskap geopolitik digital: senyap, strategis, dan penuh kejutan.

Selanjutnya: Tumbuh 2,1%, Timah (TINS) Bukukan Pendapatan Rp 2,10 Triliun pada Kuartal I 2025



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×