Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. China dapat secara bertahap memangkas kepemilikan obligasi dan surat utang Amerika Serikat atau US Treasury. Ini mengingat meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Washington.
Surat kabar China, Global Times yang dikutip Reuters melaporkan, dengan hubungan China-AS yang memburuk karena berbagai masalah termasuk virus corona, perdagangan, dan teknologi, pasar keuangan global semakin khawatir jika China akan menjual US Treasury yang dimilikinya sebagai senjata untuk melawan tekanan AS yang meningkat.
"China secara bertahap akan mengurangi kepemilikannya atas US Treasury menjadi sekitar US$ 800 miliar dalam keadaan normal," kata Xi Junyang, seorang profesor di Universitas Keuangan dan Ekonomi Shanghai tanpa memberikan kerangka waktu yang rinci.
“Tapi tentu saja, China mungkin menjual semua obligasi AS-nya dalam kasus yang ekstrim, seperti konflik militer,” imbuhnya.
Baca Juga: China marah-marah lagi kepada India, ini penyebabnya
China, pemegang US Treasury terbesar kedua, saat ini memegang US$ 1,074 triliun per Juni 2020, turun dari US$ 1,083 triliun di bulan sebelumnya, menurut data resmi terbaru.
China terus menurunkan kepemilikannya atas US Treasury di tahun ini, meskipun beberapa pengamat pasar mencurigai China mungkin belum tentu menjual US Treasury karena mungkin telah menggunakan kustodian lain untuk membeli US Treasury.
Andai kepemilikan CHIn di US Treasury turun menjadi US$ 800 miliar dari level saat ini, berarti menyusutkan kepemilikannya lebih dari 25%.
Analis mengatakan penjualan besar-besaran di China, yang sering disebut sebagai "opsi nuklir" dan dapat memicu gejolak di pasar keuangan global.
Alasan lain China akan memangkas kepemilikan US Treasury, menurut laporan Global Times, adalah potensi risiko gagal bayar di Amerika Serikat karena utang ekonomi terbesar di dunia itu melonjak tajam ke ukuran yang hampir sama dengan produk domestik bruto (PDB). Tingkat utang AS diprediksi bakal jauh di atas garis keamanan yang diakui secara internasional sebesar 60%.
China sangat terekspos terhadap dolar AS dan aset dalam mata uang dolar. Cadangan devisa China tercatat mencapai US$ 3,154 triliun pada akhir Juli 2020.