Sumber: Al Jazeera,Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
Protes terhadap aplikasi China datang setelah India pada bulan April 2020 mengeluarkan aturan penyaringan yang lebih ketat akan berlaku untuk investasi asing langsung dari China, yang mengkhawatirkan investor di sana. China mengatakan kebijakan itu diskriminatif.
"Seruan boikot sebelumnya difokuskan pada barang-barang China. Sedangkan yang ini terutama menargetkan aplikasi China, yang dapat berdampak pada perusahaan teknologi China yang telah melihat India sebagai pasar penting," kata Tanvi Madan, seorang partner senior di Brookings Institution.
Baca Juga: Perbatasan dengan China memanas, India: Kami tak akan biarkan harga diri dilukai
Taruhannya tinggi untuk perusahaan seperti ByteDance, yang berencana berinvestasi US$ 1 miliar di India dan baru-baru ini meningkatkan perekrutan karyawan.
Nupur Sharma, juru bicara partai Modi, sangat senang melihat warga yang peduli memberi contoh.
"Kita harus memukul mereka di tempat yang paling menyakitkan," kata Sharma di Twitter, menggunakan tagar #BoycottChineseProducts.
Seorang eksekutif senior yang bekerja untuk sebuah perusahaan yang berbasis di Cina di India mengatakan perusahaan-perusahaan Cina berkontribusi terhadap ekonomi India, terutama sektor manufaktur.
Dia memperkirakan protes ini akan berumur pendek. "Itu menyakitkan tetapi (boikot) akan memudar."
Baca Juga: Pergerakan tentara China di perbatasan India, AS: Itu tindakan rezim otoriter