Sumber: Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Duta Besar Korea Selatan untuk Amerika Serikat (AS) mengatakan, negaranya sekarang berada dalam posisi untuk "memilih" antara AS dan China di tengah persaingan yang semakin ketat.
Ketegangan AS dan China berkobar mengenai pertanggungjawaban atas pandemi virus corona baru dan langkah Beijing untuk mengekang kebebasan sipil di Hong Kong lewat Undang-Undang Keamanan Nasional.
Ada kekhawatiran, Seoul, sekutu Washington dan mitra strategis Beijing, mungkin menghadapi tekanan untuk bersatu di belakang kedua pihak.
Baca Juga: Situasi tambah panas, AS kirim rudal pencegat ke pangkalan mereka di Korea
"Sudah jelas, dalam tatanan internasional baru era pasca-corona, persaingan AS-China akan memegang tempat yang signifikan," kata Duta Besar Korea Selatan untuk AS Lee Soo-hyuck dalam konferensi pers virtual, Rabu (3/6).
"Saya merasa bangga, kami sekarang adalah negara yang bisa memilih (antara AS dan China), tidak dipaksa untuk memilih," ujarnya seperti dikutip Yonhap.
"Seperti yang kami lakukan dalam tanggapan kami terhadap virus corona, jika kami dengan bijak menyelesaikan berbagai masalah sejalan dengan kepentingan nasional kami, berdasarkan pada demokrasi, partisipasi masyarakat, hak asasi manusia, dan keterbukaan, saya percaya kami akan bisa meningkatkan ruang diplomatik kami di masalah internasional utama," kata Lee.
Baca Juga: China meradang, AS pasok rudal THAAD pengganti ke Korea Selatan
Undangan Presiden AS Donald Trump ke Korea Selatan untuk menghadiri KTT Kelompok Tujuh (G7) yang diperluas adalah contohnya, menurut Lee. Trump mengundang Korea Selatan, Australia, India, dan Rusia ke KTT G7.
"Itu mencerminkan perubahan paradigma dalam tatanan dunia," ujarnya. "Jika KTT G11 atau G12 diwujudkan, itu akan menjadi titik balik penting bagi tatanan baru di era pasca-corona".
Dan, Korea Selatan telah menerima undangan untuk mengambil bagian dalam membentuk dan mengelola tatanan dunia baru itu.
Baca Juga: Trump anggap anggota G7 jadoel, akan undang Rusia, Korsel, dan India
Terkait Semenanjung Korea, Lee menyebutkan, Korea Selatan dan AS terus berkomunikasi mengenai pembagian beban dan masalah di wilayah tersebut.
"Terutama ketika menyangkut Korea Utara atau program nuklirnya, Korea Selatan dan AS mengadakan diskusi yang bermakna untuk memastikan kami dapat menanggapi situasi apa pun," katanya.