Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara dilaporkan kembali menembakkan rudal balistik pada hari Selasa (19/10). Otoritas keamanan Korea Selatan dan Jepang mengabarkan bahwa rudal ditembakkan dari wilayah pantai timur Korea Utara.
Melansir Reuters, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan melaporkan bahwa satu rudal balistik diluncurkan sekitar pukul 10:17 waktu setempat dari sekitar Sinpo. Wilayah tersebut merupakan titik di mana Korea Utara menyimpan kapal selam serta peralatan untuk uji tembak rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM).
Peluncuran rudal ini dilakukan saat para kepala intelijen Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang akan bertemu di Seoul untuk membahas kebuntuan dengan Korea Utara.
Surat kabar Korea Selatan Joongang Ilbo, mengutip sumber militer anonim, mengatakan bahwa pemerintah saat ini berasumsi bahwa itu adalah tes SLBM. Namun, pihak Korea Selatan tidak menjelaskan dugaannya secara rinci.
"Militer kami memantau situasi dengan cermat dan menjaga postur kesiapan dalam kerja sama erat dengan Amerika Serikat, untuk mempersiapkan kemungkinan peluncuran tambahan," kata Kepala Staf Gabungan dalam pernyataannya.
Baca Juga: Perkuat militer, Korea Utara curiga Jepang bersiap melakukan perang agresi
Untuk saat ini pihak Korea Selatan belum memberikan penjelasan langsung mengenai jumlah rudal yang terdeteksi oleh radar mereka.
Sebagai bentuk respons cepat, Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan telah melakukan panggilan rutin melalui hotline pada hari Selasa. Namun, tidak ada komentar mengenai peluncuran roket tersebut.
Dari Jepang, Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan bahwa dua rudal balistik telah terdeteksi. Kishida juga menyesalkan aktivitas Korea Utara yang melakukan serangkaian uji coba rudal dalam beberapa pekan terakhir.
Aktifnya militer Korea Utara dalam beberapa pekan terakhir seolah menunjukkan bahwa mereka sudah siap untuk melanjutkan urusan militer dan internasional, setelah hampir dua tahun sibuk mengurus masalah internal seperti bencana alam, krisis pangan, serta beragam keterbatasan selama pandemi Covid-19.