Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL/TOKYO. Pada Senin (25/3/2024), saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yakni Kim Yo Jong, mengatakan bahwa Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah menyampaikan niatnya untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara.
Mengutip Reuters, namun Kim mengatakan bahwa peningkatan hubungan antara kedua negara akan bergantung pada apakah Jepang, yang menduduki semenanjung Korea pada tahun 1910-1945, dapat membuat keputusan politik yang praktis.
“Perdana menteri harus tahu bahwa hanya karena dia ingin dan telah mengambil keputusan, bukan berarti dia bisa atau pemimpin negara kita akan menemuinya,” kata Kim seperti dikutip dalam laporan KCNA dalam bahasa Korea.
Dia mengatakan Kishida telah menyatakan niatnya melalui "saluran lain", tanpa memberikan rincian.
“Yang jelas ketika Jepang memusuhi Republik Demokratik Rakyat Korea dan melanggar hak kedaulatannya, maka Jepang dianggap musuh kami dan akan menjadi bagian dari sasaran kami,” imbuh Kim.
Hubungan antara kedua negara telah menegang karena perselisihan sejak pendudukan Jepang. Warga Korea menuduh Jepang memaksa perempuan bekerja di rumah bordil masa perang untuk militer Jepang dan menggunakan kerja paksa, serta isu-isu lainnya.
Baca Juga: Kim Jong Un Kirim Pesan Simpati kepada Putin atas Aksi Pembantaian di Moskow
Kishida mengatakan dia ingin mengadakan pembicaraan dengan Kim Jong Un "tanpa prasyarat apa pun" dan secara pribadi mengawasi upaya untuk mewujudkan pertemuan puncak pertama dalam 20 tahun.
Ketika ditanya tentang komentar Kim, Kishida menegaskan kembali pentingnya pertemuan puncak untuk menyelesaikan masalah seperti masalah warga Jepang yang diculik oleh agen Pyongyang beberapa dekade lalu.
“Belum ada yang diputuskan untuk saat ini,” katanya kepada wartawan.
Amerika Serikat, yang akan menjadi tuan rumah bagi Kishida untuk pertemuan puncak dengan Presiden Joe Biden pada 10 April, mengatakan bahwa Amerika Serikat sudah jelas menekankan pentingnya dialog dan diplomasi dengan Korea Utara.
Baca Juga: Kremlin: Putin Menang Pemilu Rusia dengan Bersih Tanpa Kecurangan
“Amerika Serikat mendukung keluarga korban penculikan asal Jepang yang telah lama menderita, dan kami terus mendesak DPRK untuk memperbaiki kesalahan bersejarah ini dan memberikan pertanggungjawaban penuh atas mereka yang masih hilang,” tambah juru bicara Departemen Luar Negeri AS melalui email.
Korea Utara mengakui pada tahun 2002 bahwa mereka menculik 13 warga Jepang beberapa dekade sebelumnya. Lima korban penculikan dan keluarga mereka kemudian kembali ke Jepang dan mengatakan yang lainnya telah meninggal dunia.
Namun, Tokyo yakin 17 warga Jepang telah diculik, dan terus menyelidiki nasib mereka yang tidak kembali, menurut media Jepang.
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengatakan pernyataan Korea Utara bahwa masalah penculikan telah diselesaikan, sama sekali tidak dapat diterima. Dia menggarisbawahi potensi hambatan dalam memperbaiki hubungan.
Seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan Seoul sedang melakukan pembicaraan erat dengan Tokyo mengenai berbagai masalah terkait Korea Utara termasuk kontak antara Jepang dan Korea Utara.
“Korea Selatan, AS, dan Jepang bekerja sama erat untuk membawa (Korea Utara) kembali ke jalur denuklirisasi,” kata pejabat itu dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Menlu AS Kunjungi Seoul, Korea Utara Tembakkan Rudal Balistik
Korea Utara telah lama dilarang melakukan uji coba nuklir dan peluncuran rudal balistik oleh Dewan Keamanan PBB dan telah dikenai sanksi PBB sejak tahun 2006.
Adik perempuan Kim mengatakan bulan lalu Kishida mungkin suatu hari akan mengunjungi Pyongyang.
"Jika Jepang... membuat keputusan politik untuk membuka jalan baru guna meningkatkan hubungan berdasarkan rasa saling menghormati dan berperilaku hormat, menurut pandangan saya, kedua negara dapat membuka masa depan baru," KCNA mengutip ucapannya.