Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara telah memutus hubungan telepon dengan mitranya di Korea Selatan selama lima hari berturut-turut.
Mengutip Fox News, pejabat pemerintah Korea Selatan mengumumkan pada hari Jumat (7/4/2023) bahwa negara tetangganya di utara itu tidak merespon melalui jalur penghubung militer dua arah yang biasanya digunakan dua kali sehari.
Sejak saat itu, pemerintah Korea Utara terus menolak untuk menggunakan sistem telepon tersebut, kemungkinan besar sebagai bentuk protes atas latihan militer gabungan antara AS, Korea Selatan dan Jepang.
"Pemerintah menyatakan penyesalan yang kuat atas sikap sepihak dan tidak bertanggung jawab Korea Utara. Kami sangat memperingatkan bahwa hal ini hanya akan membuat Korea Utara mengisolasi diri dan menghadapi situasi yang lebih sulit," ujar Kwon Young-se, Menteri Unifikasi Korea Selatan, dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.
Saluran telepon dua arah menghubungkan perwakilan Korea Utara dan Korea Selatan untuk keperluan logistik dan diplomatik.
Saluran telepon ini biasanya digunakan dua kali sehari, yakni pada pukul 9 pagi dan 5 sore.
Baca Juga: Kim Jong Un Minta Militer Siapkan Sistem Pencegahan Perang yang Praktis dan Ofensif
Pejabat Korea Selatan menyatakan bahwa tidak ada kerusakan atau kegagalan teknologi komunikasi itu sendiri, yang mengindikasikan bahwa Korea Utara memang sengaja tidak merespon.
Aksi diam ini kemungkinan besar merupakan protes terhadap latihan militer gabungan yang semakin sering dilakukan di wilayah tersebut yang diselenggarakan antara AS, Korea Selatan dan Jepang.
Kedua Korea, yang secara teknis masih berperang, tidak memiliki layanan telepon biasa. Mereka membuat hotline pada tahun 2018 setelah serangkaian pertemuan puncak yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan di perbatasan mereka yang bersenjata lengkap.
Baca Juga: Korea Utara Melakukan Uji Coba Sistem Senjata Strategis Bawah Air
"Saya yakin ini adalah bagian dari respons diplomatik-politiknya, sebuah cara untuk mengekspresikan ketidakpuasannya yang kuat terhadap latihan gabungan AS dan Korea Selatan," kata Go Myong-hyun, seorang peneliti senior di Institut Studi Kebijakan Asan seperti yang dikutip Bloomberg.
"Ini tidak mungkin merupakan langkah menuju eskalasi, tetapi lebih merupakan respons tit-for-tat terhadap latihan militer gabungan dan postur pencegahan yang lebih tinggi dari Korea Selatan dan AS," kata Go.
Melansir Fox News, Media pemerintah Korea Utara memperingatkan pekan lalu bahwa latihan militer AS-Korea Selatan baru-baru ini mendorong situasi keamanan internasional di kawasan itu ke "ambang perang nuklir".
Pernyataan berapi-api tersebut muncul sehari setelah militer AS menerbangkan pesawat pengebom B-52 berkemampuan nuklir di atas semenanjung Korea dalam latihan bersama dengan Korea Selatan.
Baca Juga: Korea Utara Khawatir Latihan Militer AS-Korea Selatan Bisa Memicu Perang Nuklir
"AS memulai latihan militer gabungan terbesar yang pernah ada terhadap DPRK secara bersamaan meskipun DPRK telah berulang kali memperingatkan AS, mendorong situasi keamanan semenanjung Korea ke ambang perang nuklir," demikian bunyi sebuah artikel yang diterbitkan oleh Kantor Berita Pusat Korea pada hari Kamis.
Kapal induk USS Nimitz juga berpartisipasi dalam latihan anti-kapal selam angkatan laut minggu ini bersama dengan kapal perusak AS, Korea Selatan, dan Jepang.