Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara kembali menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke laut lepas pantai timur negeri itu pada Sabtu (24/8). Militer Korea Selatan menyebut, peluncuran rudal terbaru ini merupakan serangkaian peluncuran dalam beberapa pekan terakhir di tengah pembicaraan denuklirisasi yang mandek.
Peluncuran dua rudal balistik itu adalah yang ketujuh oleh Korea Utara sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu di perbatasan antar-Korea pada bulan Juni 2019 lalu.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JSC) seperti dilansir Reuters menyebutkan, Korea Utara telah menembakkan rudal balistik jarak pendek pada Sabtu sekitar pukul 06:45 dan 07:02 KST (2145 dan 2202 GMT Jumat) dari sekitar Sondok di Hamgyong Selatan propinsi. Sondok adalah situs lapangan terbang militer Korea Utara.
Baca Juga: Korea Selatan ajak unifikasi, Korea Utara tembakkan dua rudal
Rudal terbang sekitar 380 km (236 mil) dan mencapai ketinggian sekitar 97 km (60 mil), tertinggi dari sembilan peluncuran Korea Utara tahun ini.
Peluncuran rudal ini membuat rumit upaya untuk memulai kembali perundingan antara AS dan negosiator Korea Utara tentang masa depan senjata nuklir dan program rudal balistik Pyongyang.
Kedua pemimpin sepakat pada bulan Juni 2019 lalu untuk memulai kembali perundingan tingkat kerja tetapi Amerika Serikat sejauh ini tidak berhasil dalam upayanya untuk membuat pembicaraan kembali berjalan. Proses itu terhenti sejak pertemuan puncak kedua yang gagal antara Trump dan Kim di Hanoi pada Februari 2019.
Baca Juga: Waspada, Korut curi dana dari bank dan bursa kripto Rp 28 triliun
Awal bulan ini, Trump menyebutkan Kim mengatakan kepadanya bahwa dia siap melanjutkan pembicaraan mengenai program-program nuklir dan rudal Korea Utara dan akan menghentikan pengujian rudal segera setelah latihan militer AS-Korea Selatan berakhir.
"Namun, sementara latihan militer bersama telah usai, Korea Utara terus meluncurkan peluncuran yang menimbulkan "keprihatinan kuat"," kata Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan (NSC) yang dilansir Reuters, Sabtu (24/8).