Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Menurut seorang pakar sejarah Korea, saat ini Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tengah mempersiapkan perang dengan serius. Sebagai bukti nyata, Korea Utara tampak konsisten membangun persenjataan nuklirnya.
Melansir Newsweek, setelah beberapa dekade mendapatkan tekanan internasional untuk menghentikan pengembangan senjata nuklirnya, pada masa Pemerintahan Presiden AS George W Bush, Korea Utara mengakui telah melakukan uji coba senjata nuklir dan memiliki senjata pemusnah massal tersebut.
Data yang dihimpun Institute for Science and International Security menunjukkan, saat ini Korea Utara memiliki persenjataan yang lengkap mencakup sekitar 35 hingga 63 hulu ledak.
Profesor Andrei Lankov, pakar sejarah Korea dari Kookmin University, mengatakan Kim semakin berani membangun persenjataan nuklir karena para pemimpin Barat gagal memanfaatkan peluang sebelumnya untuk menekan rezim Korea Utara. Pemimpin Barat secara keliru percaya bahwa program nuklir bukanlah “ancaman yang realistis”.
Hal tersebut diungkapkan Lankov saat wawancara dengan Financial Times pada Kamis (8/11/2023).
Baca Juga: Korea Utara Sebut AS Sebagai Pedagang Perang Karena Terus Mendukung Israel
Lankov, yang memang memiliki spesialisasi pada studi Korea, menjelaskan bahwa satu-satunya cara untuk menafsirkan fokus Korea Utara dalam membangun lebih banyak senjata nuklir adalah bahwa Kim berencana melakukan "penaklukan" terhadap Korea Selatan sebagai bagian dari putaran Perang Korea berikutnya.
Dia mengatakan ambisi Kim akan menjadi jelas dalam 15 tahun ke depan.
“Cara terbaik, atau mungkin satu-satunya, untuk menjelaskan arah pengembangan senjata nuklir Kim adalah bahwa Korea Utara secara serius mempersiapkan diri untuk putaran kedua perang Korea dan penaklukan Korea Selatan,” kata Lankov. “Ini adalah ancaman yang akan semakin nyata dalam 10 atau 15 tahun ke depan.”
Newsweek menghubungi kedutaan Korea Utara di London untuk mendapatkan komentar melalui email pada hari Kamis. Namun belum ada tanggapan.
Menurut Associated Press, Kim mengumumkan dalam pidatonya pada bulan September bahwa ia berencana untuk meneruskan upaya untuk meningkatkan produksi senjata nuklir secara eksponensial dan mendiversifikasi cara serangan nuklir, sebagai bagian dari “Perang Dingin baru” yang mempertemukan Amerika Serikat melawan Korea Utara, sekaligus sekutunya yakni Rusia dan China.
Baca Juga: AS, Korsel, dan Jepang Bentuk Tim Khusus untuk Lawan Ancaman Siber Korut
Permusuhan AS-Korea Utara telah meningkat tahun ini. Para pejabat Pyongyang berulang kali mengancam akan melakukan pembalasan atas dugaan serangan di dekat wilayahnya. Korea Utara mengancam akan melancarkan serangan nuklir terhadap AS pada bulan Juli atas kapal selam nuklir yang tiba di Busan, Korea Selatan.
Meskipun sejauh mana kemampuan Korea Utara untuk menyerang AS secara langsung masih belum jelas, negara ini telah menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) yang berpotensi menjangkau seluruh Pasifik. Rincian mengenai senjata nuklir yang ada di negara tersebut masih langka karena kerahasiaan rezim Kim.
Pengembangan nuklir besar-besaran
Pada Desember 2022 lalu, media milik pemerintah Korea Utara KCNA memberitakan, Kim memerintahkan perluasan persenjataan nuklir negaranya secara “eksponensial” dan pengembangan rudal balistik antarbenua baru yang lebih kuat.
Langkah Kim ini sejalan dengan arah luas program pengembangan senjata nuklirnya karena ia telah berulang kali berjanji untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas persenjataannya.
Beberapa pakar mengatakan Kim kemungkinan akan melanjutkan uji coba senjata yang provokatif sebelum ia akhirnya mencoba menggunakan persenjataannya yang diperluas untuk merebut konsesi seperti keringanan sanksi dalam urusan masa depan dengan para pesaingnya.
“Mereka kini ingin mengisolasi dan membungkam [Korea Utara], hal yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah umat manusia,” kata Kim pada pertemuan partai berkuasa pada Desember 2022 lalu.
“Situasi yang ada memerlukan upaya berlipat ganda untuk memperkuat kekuatan militer guna menjamin kedaulatan, keamanan, dan kepentingan fundamental [negara],” tambah Kim.
Kim menuduh Korea Selatan sangat ingin melakukan pengembangan senjata yang tidak hati-hati dan berbahaya dan secara terbuka mengumumkan persiapan perangnya dengan Korea Utara.
Hal itu, kata Kim, menyoroti perlunya memproduksi secara massal senjata nuklir taktis di medan perang dan menyerukan peningkatan persenjataan nuklir negara secara eksponensial.
Kim juga menetapkan tugas untuk mengembangkan sistem rudal balistik antarbenua (ICBM) lainnya, yang misi utamanya adalah serangan balik nuklir cepat.