Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Korea Utara pada hari Jumat (10/11) mengecam keputusan Amerika Serikat yang terus memberikan dukungan militer kepada Israel dalam perang dengan Hamas. Pyongyang bahkan menyebut AS sebagai "pedagang perang" yang memperburuk situasi Timur Tengah dengan pasokan senjata.
Korea Utara masih konsisten berdiri di pihak Hamas dalam eskalasi konflik yang dimulai pada 7 Oktober lalu tersebut. Korea Utara juga konsisten menuduh AS sebagai dalang dari segala gejolak keamanan yang terjadi di Timur Tengah.
Di saat yang sama, Korea Utara masih terus menyangkal tuduhan AS yang mengatakan bahwa Hamas menerima bantuan senjata dari Pyongyang.
"AS secara sistematis telah menyerahkan peralatan pembunuhan besar-besaran kepada Israel, memaksa mereka melakukan invasi dan pembantaian. AS telah menjual senjata ke negara lain sambil mempromosikan nilai-nilai demokrasi di permukaan," tulis surat kabar resmi Korea Utara, Rodong Shinmun, dikutip Yonhap.
Baca Juga: Erdogan Mengatakan Turki Siap Menjadi Penjamin dalam Penyelesaian Konflik Gaza
Surat kabar tersebut juga mengatakan bahwa AS telah bertindak tanpa malu dengan ikut campur dalam urusan negara lain.
Korea Utara mengatakan bahwa AS menciptakan permusuhan dengan menggunakan cara-cara ekonomi di negara-negara yang tidak dapat mereka taklukkan dengan cara militer. Dalam hal ini, Korea Utara mengutip sebuah artikel mengenai pemungutan suara PBB baru-baru ini untuk mengakhiri embargo ekonomi yang dipimpin AS terhadap Kuba.
"Skema embargo Amerika yang terus-menerus terhadap Kuba jelas merupakan manifestasi dari ambisi hegemoniknya yang berbasis pada kekuasaan. Tindakan seperti itu dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal," tulis surat kabar tersebut.
Eskalasi konflik di Jalur Gaza masih terus berlanjut dan memasuki bulan pertama. Israel dan Hamas masih menolak untuk melakukan gencatan senjata dengan berbagai alasan.
Baca Juga: Israel Bersedia Berikan Jeda 4 Jam Sehari dalam Perang di Gaza
Israel bersedia melakukan gencatan senjata asalkan Hamas bersedia melepaskan seluruh sandera. Sebaliknya, Hamas menolak melepaskan sandera jika Israel masih terus melakukan serangan ke Gaza.
Gedung Putih pada hari Kamis (9/11) mengumumkan bahwa Israel bersedia memberikan jeda singkat selama empat jam sehari dalam perang di Gaza. Jeda singkat itu diberikan agar warga sipil bisa melarikan diri dari medan perang.
Israel mengatakan pihaknya belum menyetujui gencatan senjata apa pun, namun akan terus memberikan jeda singkat dan terbatas agar bantuan kemanusiaan dapat masuk.
"Tidak ada gencatan senjata, saya ulangi, tidak ada gencatan senjata. Apa yang kami lakukan, jangka waktu empat jam itu, adalah jeda taktis dan bersifat lokal untuk bantuan kemanusiaan," kata juru bicara militer Israel Richard Hecht.