Sumber: AP News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pemerintah Rusia di Kremlin memperingatkan bahwa aliran senjata AS ke Ukraina hanya akan membuat perang semakin buruk. Presiden Vladimir Putin pun turut menyinggung penggunaan senjata nuklir untuk menjamin kedaulatan Rusia.
Berbicara selama pertemuan dengan para petiggi militer Rusia, Putin juga mengatakan rudal balistik antarbenua Sarmat baru milik militer Rusia akan segera beroperasi.
Sarmat dimaksudkan untuk menggantikan rudal balistik buatan Soviet yang sudah tua dan membentuk inti kekuatan nuklir Rusia. Putin memuji kemampuannya untuk menghindari pertahanan rudal.
"Rusia akan menggunakan pelajaran yang dipetik dari konflik untuk mengembangkan angkatan bersenjata kita dan memperkuat kemampuan pasukan kita. Penekanan khusus akan diberikan pada pengembangan kekuatan nuklir sebagai jaminan utama kedaulatan Rusia," kata Putin, seperti dikutip AP News.
Baca Juga: Putin Mengakui Ada Kegagalan pada Misi di Ukraina, Tapi Menolak untuk Mundur
Pernyataan Putin tersebut keluar menyusul kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke AS. Di sana, Zelensky bertemu dengan Presiden AS Joe Biden dan mendapatkan paket bantuan militer baru senilai US$1,8 miliar.
Masih dari Kremlin, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan militer Rusia akan meningkatkan kekuatan tempur pasukan untuk merespons bantuan militer yang terus mengalir ke Ukraina.
Peningkatan jumlah pasukan akan mencakup 695.000 tentara kontrak sukarela yang 521.000 di antaranya akan direkrut pada akhir tahun 2023.
Militer Rusia saat ini memiliki sekitar 400.000 tentara kontrak sebagai bagian dari 1 juta anggota militernya sebelum pertempuran di Ukraina dimulai.
Shoigu juga menyebut bahwa rentang usia wajib militer di Rusia akan diperluas sehingga jumlah tentara cadangan bisa lebih banyak.
Baca Juga: Gedung Putih: Korea Utara Memasok Senjata ke Tentara Bayaran Rusia, Wagner Group
"Rentang usia wajib militer akan diubah menjadi 21 hingga 30 tahun, dan para rekrutan akan ditawari pilihan untuk bertugas selama satu tahun sebagai wajib militer atau menandatangani kontrak dengan militer sebagai sukarelawan," lanjut Shoigu.
Mengalirnya bantuan militer AS ke Ukraina yang tiada henti membuat Rusia mulai mempertimbangkan untuk mengembalikan struktur militer era Soviet.
Pasca reformasi, militer Rusia cenderung berisi unit yang lebih kecil yang dipersiapkan untuk menghadapi konflik lokal. Kini beberapa pakar militer Rusia merasa struktur baru itu kurang berisi dan kurang memiliki perlengkapan untuk konflik besar seperti di Ukraina.
"Perluasan pasokan senjata Barat ke Ukraina telah memperparah konflik dan, pada kenyataannya, bukan pertanda baik bagi Ukraina," pungkas juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.