kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Krisis Myanmar dikhawatirkan akan timbul perang saudara


Rabu, 17 Maret 2021 / 07:03 WIB
Krisis Myanmar dikhawatirkan akan timbul perang saudara
ILUSTRASI. Krisis Myanmar dikhawatirkan akan timbul perang saudara. REUTERS/Stringer


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - NAYPYIDAW. Kudeta militer dan kekerasan terhadap warga Myanmar dikhawatirkan bakal semakin parah. Bahkan, bukan tidak mungkin perang saudara bisa terjadi di Myanmar karena kesewenang-wenangan tentara.

Pakar menyatakan, mereka khawatir Myanmar bakal jatuh dalam perang saudara terbesar jika junta tak militer tak menghentikan aksinya. Pernyataan itu muncul setelah PBB mencatat, total 138 demonstran tewas sejak kudeta dimulai pada 1 Februari lalu.

Jumlah korban tewas itu termasuk 39 orang yang terbunuh pada Minggu (14/3/2021), hari paling berdarah sejak militer Myanmar mengambil alih kekuasaan secara paksa.

Dr Sasa, utusan khusus parlemen demokratis yang dibubarkan untuk PBB berujar, dia menyoroti jika dunia tak segera bertindak. Jika pertumpahan darah terus menerus pecah, dia memprediksi rakyat tak punya pilihan selain mempersenjatai diri. Karena itu, dia menyerukan kepada junta militer untuk mundur, membebaskan tahanan politik, dan mengembalikan Myanmar ke demokrasi.

Baca juga: Situasi memburuk, Myanmar terapkan darurat militer di dua kota

Dr Sasa menyatakan, junta bisa bernasib sama seperti pemimpin dunia macam Saddam Hussein (Irak) maupun Muammar Gaddafi (Libya). "Mereka bisa berakhir tertangkap atau dibunuh," jelas Dr Sasa seperti diberitakan Sky News Senin (15/3/2021).

Kolonel Gaddafi tertangkap dan kemudian dibunuh pada Oktober 2011. Sementara Saddam digantung pada Desember 2006.

Dr Sasa menerangkan, India, China, AS, maupun negara di Asia Tenggara harus bertindak lebih aktif menekan junta. "Jika koalisi internasional ini tak terbentuk, saya khawatir, perang saudara terhebat bakal kita saksikan," jelasnya.

Kini, dia menyerukan desakan melalui retorika. Yang diperlukan Myanmar adalah tindakan aktif dari dunia. Yang Dr Sasa maksud adalah tekanan lebih kuat melalui sanksi yang terkoordinasi, baik secara diplomatis, politis, dan ekonomis.

Tatmadaw, nama junta Myanmar, melakukan kudeta pada 1 Oktober setelah mengeklaim adanya kecurangan pada pemilu November 2020. Sejak kudeta terjadi, demonstran sebenarnya berusaha melakukan aksi secara damai. Namun, mereka kini kehilangan harapan bakal dibantu dunia.

Dalam pandangan Dr Sasa, pengunjuk rasa sudah muak karena mereka terus ditembaki dan banyak rekan mereka yang gugur. "Jadi saya pikir masuk akal jika kita biarkan situasi ini terus berlanjut, warga akan mempersenjatai diri mereka," paparnya.

Selain 138 demonstran tewas menurut catatan PBB, 2.156 ditahan dan diadili menurut kelompok AAPP Burma. Keluarga demonstran yang ditangkap mengungkapkan, mereka tidak bisa menghubungi korban dan tak tahu kondisinya sekarang.

Sejak merdeka dari Inggris pada 1948, militer Myanmar merupakan institusi terkuat di negara tersebut. Baru-baru ini, laporan Amnesty International menemukan bahwa Tatmadaw mempersenjatai personelnya dengan senjata khusus perang.

Di antaranya senapan mesin ringan, senapan penembak runduk (sniper), senapan semi-otomatis MA-1, senapan submesin BA-93 dan BA-94. Dr Sasa meyakini, jika perang saudara benar-benar pecah, banyak tentara yang bakal membelot dan membela pengunjuk rasa.

Dia menjelaskan, para serdadu itu sudah dipermalukan karena diperintahkan untuk membunuh pendemo. "Kebanyakan polisi dan tentara itu akan bergabung karena lebih baik mereka bersama kami daripada para pembunuh itu," kata dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "138 Demonstran Tewas, Myanmar Ditakutkan Jatuh ke Perang Saudara Terbesar",


Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo

Selanjutnya: Selama demo anti-kudeta Myanmar, PBB sebut 149 orang tewas dan ratusan hilang

 



TERBARU

[X]
×