Sumber: New York Times | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - CARACAS. Kisruh internal Venezuela makin menarik perhatian dari berbagai penjuru dunia. Sejumlah negara di Asia hingga Eropa ikut menyoroti campur tangan Amerika Serikat di negara kaya Minyak yang kini tengah menderita hiperinflasi tersebut.
Amerika Serikat berada di garda terdepan untuk menjadi pendukung pemimpin opsisi Juan Guaido. Pemerintahan Donald Trump secara terang-terangan memberikan dukungan kepada pria yang dalam beberapa tahun terakhir ini memang selalu berseberangan dengan Nicolas Maduro tersebut.
Amerika Serikat mengklaim apa yang mereka lakukan adalah untuk menghentikan pemerintahan tirani dari Maduro. "Rezimnya telah hancur secara moral, tidak kompeten secara ekonomi dan sangat korup," Kata Mike Pompeo, Sekretaris Negara Amerika Serikat seperti dikutip New York Times.
Sebagai bukti dukungannya, Amerika Serikat juga menawarkan bantuan dana darurat senilai US$ 20 juta kepada Guaido. Di sisi lain, mereka pun meminta pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada hari Sabtu ini untuk membahas mengenai krisis Venezuela.
Aksi tersebut memancing reaksi dari sejumlah negara lain, termasuk dari sejumlah rival utama Amerika Serikat. Rusia menjadi salah satu negara yang lantang menentang campur tangan Amerika Serikat di negara Amerika Latin tersebut.
Dalam pernyataan resminya, pemerintah Rusia menyebut Presiden Validimir Putin telah melakukan sambungan telepon untuk memberi dukungan moral pada Maduro. "Rusia menekankan bahwa campur tangan eksternal yang merusak situasi adalah pelanggaran berat terhadap norma-norma dasar hukum internasional," tulis pernyataan tersebut.
China juga tak ketinggalan memberikan dukungannya pada Maduro. Setelah perang dagang, isu Venezuela seolah jadi ajang pertarungan lain bagi As-China.
"China selalu mempertahankan prinsip untuk tidak campur tangan dalam urusan internal negara-negara lain, menentang intervensi eksternal terkait urusan dalam negeri Venezuela dan menyerukan masyarakat internasional untuk menciptakan kondisi yang baik," tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.
Sebelum Rusia dan China, Turki sudah terlebih dulu menawarkan bantuan bagi Maduro atas beratnya kondisi yang dihadapi di Venezuela.
Maduro sendiri tak tinggal diam dengan rongrongan pihak asing di negaranya. Tentunya ia berterima kasih terhadap sejumlah mitra yang telah mendukungnya.
Sebaliknya, ia memberi respons keras terhadap Amerika Serikat. Sejak hari Rabu, ia memberi waktu 72 jam bagi semua diplomat AS untuk angkat kaki dari Venezuela. "Saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan diplomatik dan relasi politik dengan pemerintahan imperialis AS," tegasnya.
Di sisi lain, meski masyarkat sipil Venezuela masih terbelah, namun pihak militer dilaporkan masih memberikan dukungannya kepada anak didik Hugo Chavez tersebut.
Perhatian global terhadap masalah Venezuela adalah sebuah kewajaran. Dengan tidak kondusifnya situasi ekonomi politik negeri tersebut, bisa ikut merembet ke pergerakan pasar minyak dunia.
Potensi menipisnya produksi akibat kondisi di Venezuela sendiri sudah memantik kenaikan harga minyak dalam beberapa hari ke belakang.