Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Thailand merupakan negara Asean pertama yang menjalin kemitraan strategis komprehensif dengan China, dan yang pertama melakukan latihan militer gabungan dengan China yang melibatkan seluruh matra, tulisnya.
Kunjungan Raja Maha Vajiralongkorn berlangsung di tengah upaya Bangkok meredakan kekhawatiran Beijing terkait keamanan wisatawan, menyusul serangkaian kasus sindikat penipuan dan perdagangan manusia.
Pada Rabu, Thailand mengekstradisi warga negara China, She Zhijiang, yang dituduh Beijing mendirikan dan mengoperasikan kompleks judi ilegal senilai US$ 15 miliar di kota perbatasan Myanmar, Shwe Kokko. Ia ditangkap di Bangkok lebih dari tiga tahun lalu berdasarkan surat perintah China.
Dalam 10 bulan pertama tahun ini, jumlah wisatawan China yang masuk ke Thailand turun hampir 34 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, menurut data Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand.
Bentrok di sepanjang perbatasan Thailand–Kamboja yang menewaskan puluhan orang juga memicu kekhawatiran Beijing mengenai stabilitas kawasan.
Tonton: Trump Datang, Kamboja Thailand Berdamai
Pada Kamis, Beijing menyatakan berharap kedua pihak dapat menahan diri dan melanjutkan konsultasi secara bersahabat untuk menemukan solusi yang dapat diterima kedua belah pihak.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan bahwa China akan “terus memainkan peran konstruktif dalam meredakan situasi dengan caranya sendiri”.
Kesimpulan
Kunjungan kenegaraan pertama Raja Maha Vajiralongkorn ke China menjadi momentum strategis untuk menegaskan kembali kedekatan historis Thailand–China di tengah hubungan regional yang sensitif. Beijing memanfaatkan momen 50 tahun hubungan diplomatik ini untuk menampilkan citra sebagai mitra utama Bangkok, sementara Thailand berupaya meyakinkan China terkait isu keamanan wisatawan dan stabilitas kawasan. Kunjungan ini memperlihatkan bahwa kedua negara ingin memperdalam kerja sama politik, ekonomi, dan pertahanan, sekaligus menunjukkan bahwa dinamika regional Asia Tenggara semakin dipengaruhi oleh diplomasi simbolik dan kepentingan geopolitik besar.












