Sumber: Reuters | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - Shell melaporkan penurunan laba kuartal keempat yang meleset dari estimasi karena margin penyulingan dan perdagangan LNG yang lebih rendah. Hal ini diumumkan bersamaan dengan rencana pembelian kembali saham senilai US$ 3,5 miliar dan peningkatan dividen sebesar 4%.
Perusahaan minyak dan gas besar tersebut melaporkan laba bersih, sebesar US$ 3,66 miliar untuk kuartal yang berakhir pada 31 Desember. Capaian ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 7,31 miliar.
Tak hanya itu, angka ini juga lebih rendah dari prediksi sejumlah analis. Beberapa analis yang disurvei Vara Research memproyeksikan laba bersih Shell akan berada di level US$ 4,09 miliar.
Ini menjadi tekanan tambahan bagi CEO Shell, Wael Sawan yang kini telah berfokus pada pemotongan biaya dan mengarahkan kembali perusahaan ke sektor yang paling menguntungkan seperti minyak, gas, dan biofuel, sambil beralih dari energi terbarukan.
Baca Juga: Shell Pangkas Produksi LNG dan Proyeksi Pendapatan Migas
Kemudian untuk belanja modal tahun ini, Shell juga memperkirakan alokasinya akan turun di bawah anggaran tahun lalu sebesar US$ 21 miliar tahun lalu. Namun berapa persisnya, manajemen menyebut itu akan disampaikan pada Maret nanti.
Sementara itu untuk laba keseluruhan di 2024, Shell juga mencatatkan penurunan 16% menjadi US$ 23,72 miliar.Perusahaan minyak dan gas terkemuka dunia mengalami penurunan laba sepanjang tahun 2024, setelah pendapatan yang memecahkan rekor dalam dua tahun sebelumnya ketika harga energi stabil dan permintaan minyak melemah.
Rupanya operasi penyulingan Shell melaporkan kerugian yang disesuaikan sebesar US$ 229 juta di unit kimia dan produk. Margin penyulingan melemah secara global karena berkurangnya aktivitas ekonomi dan pembukaan kilang baru di Asia dan Afrika.
Pada kuartal keempat, Shell menjalankan kilangnya dengan kapasitas 76%. Mengawali tahun ini, manajemen memperkirakan kapasitasnya hanya akan meningkat menjadi 80%-88% pada kuartal I 2025.