Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Kinerja perbankan di Singapura diperkirakan akan tumbuh positif pada kuartal IV 2024. Namun, prospeknya tahun ini bisa terganggu karena perang dagang.
Menurut perkiraan LSEG dilansir Reuters, Jumat (7/2), bank-bank Singapura akan mencetak kenaikan laju pertumbuhan laba bersih pada kuartal IV didorong pendapatan bunga bersih yang kuat dan lonjakan fee based income (FBI).
Bank-bank Singapura telah mendapatkan keuntungan dari lingkungan suku bunga tinggi yang bertahan lebih lama serta arus masuk kekayaan yang kuat, yang didukung oleh stabilitas politik di negara tersebut.
DBS Group diprediksi mencatat kenaikan laba bersih 9,8% secara tahunan atau year on year (YoY) pada periode Oktober-Desember 2024. Sementara OCBC dan UOB diproyeksi akan menorehkan pertumbuhan masing-masing 11,6% dan 4,3%.
Baca Juga: Efek Kebijakan Tarif Donald Trump, Mayoritas Nilai Tukar Dunia Jatuh
Namun, tarif perdagangan Trump terhadap China, serta ancaman bea masuk pada mitra dagang utama AS lainnya, menimbulkan risiko bagi Singapura, yang merupakan pusat perdagangan dan keuangan global.
Kekhawatiran utama, menurut analis, adalah potensi siklus balas dendam tarif yang dapat memicu perang dagang global yang lebih luas.
"Dalam skenario seperti itu, bank-bank lokal mungkin perlu meningkatkan cadangan untuk potensi kredit macet di tengah meningkatnya risiko pertumbuhan, yang dapat berdampak pada laba mereka," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di platform perdagangan IG.
Selain itu, kata dia, ketidakpastian global yang meningkat dapat menekan permintaan pinjaman, karena bisnis dan konsumen mengadopsi sikap lebih berhati-hati dalam meminjam dan membelanjakan.
Baca Juga: Investasi Singapura Naik Berkat Banyaknya Investasi Masuk
Ke depan, laba bank-bank Singapura diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan seiring dengan perlambatan ekonomi negara tersebut. Setelah mencatat pertumbuhan 4,0% pada 2024, laju tercepat dalam tiga tahun terakhir, ekonomi Singapura diprediksi melambat menjadi 1,0% hingga 3,0% pada 2025.