kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba Susut, Aramco Tetap Bagi Dividen


Rabu, 08 Mei 2024 / 04:55 WIB
Laba Susut, Aramco Tetap Bagi Dividen
ILUSTRASI. A 3D printed natural gas pipeline is placed in front of displayed Saudi Aramco logo in this illustration taken February 8, 2022. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - DUBAI. Perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, akan membayar dividen sebesar US$ 31 miliar, setara dengan Rp 500 triliun, kepada Kerajaan Arab Saudi dan pemegang sahamnya. Padahal, kinerja perusahaan ini di kuartal pertama merosot akibat penurunan harga minyak dan volume penjualan.

Pada kuartal I tahun ini, Aramco melaporkan penurunan laba bersih 14% menjadi US$ 27,3 miliar dari periode sama tahun lalu sebesar US$ 31,9 miliar. Realisasi laba ini sejalan perkiraan analis. 

Dalam rilis laporan keuangan, Aramco juga mengumumkan rencana pembayaran dividen dasar untuk kuartal pertama sebesar US$ 20,3 miliar dan distribusi dividen terkait kinerja, nilainya sebesar US$ 10,8 miliar, yang akan dibayarkan pada kuartal kedua. Aramco memperkirakan akan membayarkan total dividen US$ 124,3 miliar pada tahun 2024. 

Baca Juga: Rumor Hangat, Shell Berencana Jual Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Keputusan ini diambil lantaran pemerintah Arab Saudi, yang memegang 82,2% saham Aramco, sangat bergantung pada pembayaran dari perusahaan ini, termasuk royalti dan pajak. Apalagi, Arab Saudi saat ini dihadapkan pada defisit anggaran.

Diversifikasi pendapatan

Arab Saudi sangat membutuhkan dana dari Aramco lantaran tengah melakukan diversifikasi sumber pendapatan ekonomi di luar bahan bakar fosil. Putra Mahkota Mohammed bin Salman tengah membangun proyek miliaran dollar, seperti kota futuristik Neom, untuk membangun industri pariwisata dan mencoba menggenjot liga olahraga. Harapannya, negara eksportir minyak terbesar ini tak lagi bergantung pada minyak. 

Terlebih harga minyak saat ini terus menurun karena pasokan Amerika Serikat dan anggota non OPEC+ yang meningkat. Selain itu, permintaan negara-negara besar menurun karena tengah bergulat dengan suku bunga tinggi.

Sejatinya OPEC+ telah menerapkan serangkaian pengurangan produksi sejak akhir 2022. Namun di 2024, harga minyak mentah brent rata-rata berada di kisaran US$ 83,5 per barel. Padahal menurut hitungan IMF, Arab Saudi membutuhkan minyak berada di harga US$ 96,2 untuk menyeimbangkan anggaran 2024. 

Dengan proyeksi defisit anggaran di tahun ini sebesar 79 miliar riyal, atau setara Rp 338,28 triliun, kerajaan Arab Saudi berpotensi menunda sebagian dari banyak mega proyeknya. 

Baca Juga: Saudi Arabia Set on Securing Lithium for EV Ambitions

Menteri Keuangan Mohammed Al Jadaan, dikutip Reuters, mengatakan, rencana Visi 2030 kerajaan mentransformasi perekonomian akan disesuaikan kebutuhan, dengan beberapa proyek diperkecil atau diperluas dan proyek lainnya dipercepat, di saat kondisi penuh tantangan




TERBARU

[X]
×