Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Vatikan telah menyaksikan sebuah momen bersejarah. Setelah masa berkabung selama sembilan hari atas wafatnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun, Konklaf Kardinal akhirnya memilih penerus baru: Kardinal Robert Francis Prevost, seorang prelatus asal Amerika Serikat, yang kini menjabat sebagai Paus Leo XIV.
Terpilihnya Paus Leo XIV bukan hanya menandai transisi kepemimpinan spiritual bagi lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia, tetapi juga menjadi titik balik sejarah: untuk pertama kalinya dalam dua ribu tahun sejarah Gereja Katolik, seorang warga negara Amerika memegang tahta Santo Petrus.
Jejak Sosial Media Paus Baru: Ketegasan Moral atau Kontroversi Politik?
Meski baru terpilih, perhatian publik dan media kini tertuju pada riwayat digital Paus Leo XIV, khususnya akun media sosial lamanya.
Baca Juga: Dari Altar South Side ke Takhta Suci: Kisah Paus Leo XIV
Mengutip Unilad, beberapa unggahan lama yang kini kembali mencuat memperlihatkan pandangannya yang tegas terhadap isu-isu sosial, termasuk kebijakan migrasi dan keadilan sosial di Amerika Serikat—khususnya yang berkaitan dengan pemerintahan mantan Presiden Donald Trump.
Dalam salah satu unggahan yang dibagikan ulang oleh Prevost, ia menyoroti kebijakan imigrasi kontroversial yang dilakukan oleh pemerintahan Trump dan Presiden El Salvador Nayib Bukele, menyertakan kutipan seorang uskup yang bertanya secara retoris: “Tidakkah Anda melihat penderitaan ini? Tidakkah hati nurani Anda terusik?”
Unggahan lainnya bahkan lebih eksplisit, menyatakan bahwa “Tidak ada yang Kristiani, tidak ada yang Amerika, dan tidak ada yang dapat dibenarkan secara moral dari kebijakan yang memisahkan anak-anak dari orang tua mereka dan menempatkan mereka di dalam kandang.”
Reaksi Donald Trump: Pujian di Tengah Ketegangan Lama
Terlepas dari jejak kritik tersebut, Donald Trump memberikan respons yang mengejutkan penuh pujian terhadap pengangkatan Paus Leo XIV.
Baca Juga: Arti Nama Paus Leo XIV yang Dipilih Robert Prevost dan Sejarah Paus Leo Terdahulu
Melalui platform Truth Social, Trump menulis:
“Selamat kepada Kardinal Robert Francis Prevost, yang baru saja diangkat menjadi Paus. Merupakan sebuah kehormatan luar biasa bahwa beliau adalah Paus Amerika pertama. Saya menantikan pertemuan yang bermakna dengan Paus Leo XIV.”
Meskipun Presiden ke-45 Amerika Serikat itu pernah membuat lelucon kontroversial tentang mengenakan mitra Paus dan bahkan membagikan gambar buatan AI yang disebut menghina oleh sebagian umat Katolik, ia tampaknya menyambut baik pengangkatan Paus baru ini dengan penuh antusiasme.
Kritik terhadap JD Vance: Posisi Teologis vs Prioritas Nasionalisme
Paus Leo XIV juga diketahui membagikan artikel opini dari National Catholic Reporter yang mengkritik pernyataan Wakil Presiden JD Vance, yang mengatakan bahwa cinta kasih seharusnya diberikan secara bertingkat—dimulai dari keluarga, lalu tetangga, warga negara, dan terakhir dunia.
Artikel itu berjudul “JD Vance Salah: Yesus Tidak Pernah Meminta Kita Mengurutkan Cinta Kasih”, menunjukkan perbedaan mendasar antara ajaran Kristiani universal dan nasionalisme eksklusif yang dikedepankan Vance.
Baca Juga: Paus Leo XIV: Suara Perdamaian di Tengah Banyak Konflik Dunia
Latar Belakang Paus Leo XIV: Figur Moderat dan Advokat Keadilan Sosial
Kardinal Robert Prevost sebelumnya menjabat sebagai Prefek Kongregasi untuk Para Uskup di Vatikan dan memiliki rekam jejak panjang dalam pelayanan pastoral di Amerika Latin, khususnya di Peru.
Ia dikenal sebagai figur moderat, intelektual yang mumpuni, dan pemimpin yang menjunjung tinggi keadilan sosial serta inklusivitas. Pengangkatan dirinya sebagai Paus baru mencerminkan arah Gereja Katolik yang terus berupaya memperkuat relevansi moral dan sosialnya di tengah dunia yang semakin kompleks secara geopolitik dan etika.