Sumber: CNET | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON D.C. Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) menambahkan 11 perusahaan China ke dalam daftar perusahaan yang diduga terlihat dalam pelanggaran HAM.
Mengutip CNET, sejumlah perusahaan tersebut juga diduga melakukan diskriminasi terhadap kelompok minoritas muslim Uighur di Provinsi Xinjiang. Salah satu perusahaan itu adalah Nanchang O-Film Tech.
Sampai saat ini, Nanchang masih terdaftar sebagai pemasok komponen untuk perusahaan teknologi terkemuka AS, seperti Apple, Amazon, Dell, bahkan Microsoft.
Baca Juga: Video diduga kekejaman China terhadap muslim Uighur beredar, Dubes China terdiam
Departemen Perdagangan AS menyebutkan, ke-11 perusahaan China tersebut melakukan penahanan secara sewenang-wenang, kerja paksa, bahkan sampai pengumpulan data biometrik dan analisis genetika.
Parahnya lagi, target utama dari aktivitas itu adalah warga muslim Uighur dan kelompok minoritas lainnya yang ada di China.
Atas perlakuan tersebut, Pemerintah AS melakukan pembatasan pada sejumlah produk teknologi AS yang memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan-perusahaan asal negeri tembok raksasa tersebut.
Baca Juga: Makin tegang, AS jatuhkan sanksi ke empat pejabat China
"Beijing secara aktif mempromosikan praktik kerja paksa yang tercela dan pengumpulan DNA serta skema analisis untuk memberikan tekanan pada warganya," kata Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross seperti dikutip CNET.
Setelah ini, Ross memastikan, tidak ada lagi produk AS yang memiliki hubungan dengan perusahaan asing yang melakukan kejahatan HAM seperti di China.
Departemen Perdagangan AS mengungkapkan, sejak Oktober 2019, sudah ada 48 perusahaan China yang diduga terlibat dalam penindasan terhadap warga muslim Uighur.
Langkah Pemerintah AS dalam melawan Nanchang O-Film Tech dan 10 perusahaan China lainnya menambah panjang kasus penolakan atas perusahaan Tiongkok di AS di bawah Pemerintahan Presiden Donald Trump.
Baca Juga: AS peringatkan perusahaan Amerika tentang risiko pelanggaran HAM di China
Sejak tahun lalu, perang dagang antara kedua negara memang terus memanas. Kampanye saling blokir terus digaungkan masing-masing negara.
AS mulai memblokir produk-produk Huawei. Bahkan, Huawei kehilangan dukungan sistem dari Google akibat keputusan ini.
Di sisi lain, masyarakat China juga sempat menyerukan kampanye "Boycott Apple" sebagai balasannya. Meskipun demikian, Apple masih tetap meneruskan produksinya di China.