Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BERLIN. Aktivitas ekspor Jerman pada bulan Mei 2019 mengalami pertumbuhan melebihi perkiraan analis sebelumnya. Meski rebound, namun belum berhasil pulih sepenuhnya dari penurunan bulan lalu karena terdampak oleh perang dagang.
Berdasarkan data Kantor Statistik Federal yang dikutip Reuters, Senin (8/7), ekspor Jerman mengalami pertumbuhan sebesar 1,1%. Padahal sebelumnya analis yang disurvei Reuters hanya memprediksi hanya akan ada pertumbuhan sebesar 0,5% setelah pada April ekspor negara itu anjlok 3,4%.
Sementara di saat yang sama impor Jerman turun 0,5%. Alhasil, neraca perdagangannya mengalami pertumbuhan menjadi 18,7 miliar euro atau setara US$ 20,99 miliar dari 16,9 miliar pada bulan April.
Adapun data terbaru lainnya menggambarkan kondisi industri Jerman yang masih suram dimana pesanan teknik dan aktivitas dalam kontrak sektor manufaktur mengalami penurunan.
Produksi industri Jerman di bulan Mei hanya tumbuh 0,3%, lebih rendah dari perkiraan analis sebelumnya yang memproyeksi pertumbuhan sebesar 0,4%. Pada bulan sebelumnya, output industri negara ini sudah turun sebesar 2%.
Data-data ekonomi Jerman ini memberikan gambaran bahwa pertumbuhan ekonominya di kuartal II masih lesu. Andrew Kenningham, ekonom Capital Economics, mengatakan kenaikan produksi industri pada bulan Mei menandakan tantangan produsen Jerman belum berakhir.
"Sekarang terlihat hampir pasti bahwa produksi industri menurun secara keseluruhan pada kuartal kedua. Ini memberikan kontribusi terhadap penurunan tajam dalam pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) Jerman, jika bukan kontraksi langsung," kata Kenningham.
Data pesanan industri Jerman pada bulan Mei yang dirilis sebelumnya mengalami penurunan sebesar 2,2%. Alexander Krueger dari Bankhaus Lampe mengatakan, walaupun neraca perdagangan surplus namun prospek perlambatan ekonomi masih meningkat karena indikator ekonomi lainnya mengecewakan. "Prakiraan pertumbuhan kemungkinan akan semakin berkurang." ujarnya.
Perang dagang, rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa, serta penurunan prospek ekonomi global semakin membawa tekanan terhadap ekonomi Jerman yang selama bertahun-tahun bergantung pada ekspor untuk pertumbuhan, tetapi semakin bergantung pada konsumsi swasta.