Reporter: Amalia Fitri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - LONDON/BENGALURU. Perusahaan manufaktur teknologi perangkat lunak mengalami kelesuan penjualan akibat larangan ekspor produk Huawei, produsen gadget asal China, ke Amerika Serikat (AS).
Broadcom Inc, terang-terangan mengakui dampak yang dihasilkan dari ketegangan perang dagang China - AS akan merugikan perusahaan hingga US$ 2 miliar tahun ini. Hal ini wajar, sebab kerjasama bisnis Broadcom dengan Huawei sangat erat.
Pada 2018, seperti dikutip Reuters, penjualan Huawei berkontribusi sekitar 4% pada pendapatan perusahaan Broadcom atau mencapai US$ 900 juta.
Pernyataan Broadcom tersebut disampaikan, menyusul anjloknya harga saham Broadcom hingga 8,6% akhir pekan ini. Imbasnya, nilai kapitalisasi pasar Broadcom menguap hingga US$ 9 miliar.
Broadcom Inc tidak sendiri, perusahaan yang bergerak di sektor serupa juga mengalami kemerosotan harga saham. Contohnya perusahaan pembuat chip perangkat lunak, A Qualcomm, Applied Materials Inc, Intel Corp, Advanced Micro Device Inc, dan Xillinx, yang mengalami penurunan harga saham sekitar 1,5% sampai 3%.
Harga saham pemasok Huawei lainnya, seperti Analog Device Inc, Skyworks Solutions, dan Qorvo Inc juga merosot.
CEO Broadcom Hock Tan menyatakan, penurunan harga saham ini berkaitan erat dengan ketidakpastian pasar ke depannya. "Selain tidak ada pembelian, kami juga berhadapan dengan ketiadaan pengganti atau substitusi produk. Kita berhadapan dengan ketidakpastian pasar yang permintaannya ditekan atau dikurangi," paparnya sebagaimana dilansir dari Reuters.
Sektor bisnis semikonduktor tercatat mengalami kemunduran permintaan sejak semester II 2018. Perusahaan produsen cip perangkat lunak, Bellwether Texas Instrument menyebut kondisi ini diperkirakan berlangsung sampai dua tahun mendatang.
Pasar telepon seluler, tak hanya didera konflik dagang China dan AS saat ini, tetapi juga mengalami titik jenuh di pasar utama. Permintaan gadget pun bersaingan dengan mobil otomatis dan perangkat internet sehari-hari (Internet of Things) yang berkembang pesat.
"Larangan ekspor Huawei sudah jelas menimbulkan ketidakpastian pasar. Buktinya bisa dilihat, beberapa perusahaan merasakan laporan negatifnya pada awal 2019 karena kebijakan ini. Kami pikir, kerugian ini harus disuarakan," kata Hock Tan.