Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Jepang mengaku belum memiliki rencana darurat untuk menolong melemahnya nilai mata uang won. Memang, saat ini, Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Myung Bak tengah mencari bantuan untuk menstabilkan mata uang di Negeri Ginseng tersebut.
Mata uang won anjlok 13% versus dolar setelah Standard & Poor berencana menurunkan peringkat kredit bank Korea terbesar. Akibat penurunan tersebut, Korsel mendesak Jepang dan China untuk mempercepat penggalangan dana sebesar US$ 80 miliar untuk melindungi mata uang regional terhadap serangan aksi spekulan. Catatan saja, Jepang dan China merupakan dua negara yang memiliki cadangan valuta asing terbesar dunia.
“Belum ada rencana apa pun untuk membantu Korsel. Hingga kini, Korsel belum meminta bantuan kami,” kata Masanori Yoshida, director Regional Financial Cooperation Division di Japan Ministry of Finance.
Selain itu, Lee juga mengimbau agar para eksportir berhenti menimbun dolar. Kejadian ini mengingatkan pada kejadian 1998 lalu. pada waktu itu Pemerintah Korsel meminta warga negara untuk mendonasikan valas dan emasnya kepada pemerintah.
Sepanjang tahun ini, nilai won sudah tergelincir 32%. Penurunan tersebut merupakan yang terbesar di antara mata uang Asia lainnya. Hal itu menimbulkan pertanyaan akan kemampuan Lee dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi negaranya di tengah krisis global.