kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lewat Operasi Sky Net, Xi Jinping Paksa 10.000 Warga yang Kabur ke LN Pulang ke China


Kamis, 20 Januari 2022 / 06:54 WIB
Lewat Operasi Sky Net, Xi Jinping Paksa 10.000 Warga yang Kabur ke LN Pulang ke China
ILUSTRASI. LSM Safeguard Defenders menyoroti tiga taktik yang disetujui oleh China untuk memulangkan warganya yang kabur. REUTERS/Thomas Peter


Sumber: Business Insider | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MADRID. Sebuah laporan terbaru yang diterbitkan oleh sebuah LSM hak asasi manusia telah merinci metode yang digunakan oleh China untuk memaksa ribuan buronan kembali dari negara lain. Laporan ini  menggambarkan sejauh mana operasi Beijing di tanah asing untuk mengendalikan diaspora China.

Melansir Business Insider, LSM Safeguard Defenders yang berbasis di Spanyol menyoroti tiga taktik yang disetujui oleh China untuk tujuan ini. 

Pertama, menahan kerabat buronan sebagai ancaman. Kedua, mengirim agen ke luar negeri untuk mengintimidasi orang yang bersangkutan secara ilegal. Ketiga, langsung menculik mereka.

Organisasi tersebut mengumpulkan informasi terkait 62 kasus ini di negara-negara termasuk AS, Kanada, Australia, Vietnam, Thailand, dan Uni Emirat Arab.

Data resmi dari China menunjukkan hampir 10.000 buronan telah dikembalikan sejak 2014 di bawah program dengan nama sandi "Operation Sky Net" atau "Tian Wang," kata Safeguard Defenders. 

Baca Juga: Xi Jinping: Konfrontasi Tak Selesaikan Masalah, Hanya Mengundang Konsekuensi Bencana

Pada tahun 2020 saja, media pemerintah China melaporkan, 1.421 buronan diekstradisi ke China oleh Sky Net. China sendiri menggembar-gemborkan operasi itu sebagai kampanye anti-korupsi.

Ketika Sky Net diluncurkan pada 2015, kegiatan ini menyerap operasi repatriasi yang lebih terkenal yang disebut Fox Hunt, yang dipuji oleh media pemerintah dan dilaporkan secara luas oleh berita Barat.

Dalam laporan setebal 69 halaman, Safeguard Defenders menggambarkan studi kasus di mana agen China terbang ke AS untuk mengintimidasi target mereka agar kembali ke daratan.

Baca Juga: Hubungi Jokowi, Xi Jinping Berharap Hubungan China dan Indonesia Semakin Erat

Pihak berwenang China menyewa mata-mata swasta Amerika untuk bekerja dengan tim darat mereka — seperti yang dirinci dalam contoh mantan perwira polisi New York yang membantu operasi ekstradisi dari 2017 hingga 2019. Dengan begitu, mereka akan menghindari terlalu banyak agen China di lapangan, kata LSM.

Atau, pihak berwenang akan menahan keluarga buronan dalam upaya untuk memaksa kerabat untuk meminta target untuk kembali, kata Safeguard.

Misalnya, seorang penduduk tetap AS kelahiran China yang ditahan di Dubai Mei lalu menceritakan bagaimana orang tuanya berulang kali dilecehkan oleh polisi dan ditahan beberapa kali. Dia menjadi incaran Beijing ketika dia menuliskan pesan di media sosial untuk mempertanyakan jumlah kematian sebenarnya dari sisi China terkait bentrokan perbatasan dengan India.

Dia tidak kembali ke China dan mengatakan dia benar-benar kehilangan kontak dengan orang tuanya.

Baca Juga: Jack Ma Muncul di Sekolah Dasar Hainan Saat Yayasannya Rayakan Ulang Tahun ke-7

LSM tersebut mencatat bahwa salah satu kelompok yang paling banyak ditargetkan oleh strategi Sky Net ini adalah Uyghur, minoritas Muslim yang perlakuannya oleh China telah menjadi subyek pengawasan internasional.

Kelompok ini juga menggunakan penculikan. Safeguard Defenders mengutip laporan dan rekaman aktivis dan tokoh bisnis yang diasingkan diculik di tempat umum, hotel, dan bahkan rumah mereka di negara-negara seperti Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Uni Emirat Arab.

LSM tersebut lebih lanjut mencatat tren peningkatan kerjasama China dengan penegak hukum lokal di negara tuan rumah buronan. Contoh kasus, polisi Mesir menangkap dan mendeportasi warga Uyghur dalam operasi bersama dengan Beijing. 

Baca Juga: Donald Trump Sebut Xi Jinping Pembunuh yang Menghancurkan Dunia, Begini Respon China

Dalam kasus serupa, Safeguard Defenders mewawancarai seorang aktivis yang membantu putra seorang pengacara hak asasi manusia melarikan diri dari China ke Myanmar.

Menurut akun pria itu, mereka diikuti ke Myanmar dan ditangkap oleh agen China berpakaian preman. Mereka kemudian diinterogasi dan dibawa kembali ke China. Pemerintah Burma mengatakan tidak mengetahui kejadian seperti itu.

“Dengan pengembalian paksa, pesan PKC adalah bahwa tidak ada tempat yang aman; melarikan diri ke luar negeri tidak akan menyelamatkan Anda, tidak ada jalan keluar,” tulis penulis laporan tersebut.




TERBARU

[X]
×