Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Hampir satu juta orang telah menggunakan vaksin virus corona eksperimental yang China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) kembangkan melalui program penggunaan darurat di negeri tembok raksasa.
China meluncurkan program penggunaan darurat pada Juli lalu, yang sejauh ini mencakup tiga kandidat vaksin virus corona untuk pekerja esensial dan kelompok terbatas lainnya. Bahkan, ketika studi klinis belum rampung untuk membuktikan keamanan dan kemanjurannya.
"Tidak ada reaksi merugikan yang dilaporkan dari mereka yang menerima vaksin dalam penggunaan darurat," kata Sinopharm dalam sebuah artikel di media sosial WeChat, Rabu (18/11), mengutip sang Chairman Liu Jingzhen dari wawancara media baru-baru ini seperti dilansir Reuters.
Dua kandidat vaksin virus corona yang China National Biotec Group (CNBG), anak perusahaan Sinopharm, kembangkan telah digunakan untuk program penggunaan darurat. Satu lagi vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech.
Tidak jelas, vaksin mana yang Liu rujuk. Dan, Sinopharm tidak dapat Reuters hubungi untuk berkomentar.
Baca Juga: Hasil uji klinis mencatat vaksin Sinovac berhasil memicu antibodi pada virus corona
Vaksin Sinopharm, yang menggunakan virus tidak aktif yang tidak bisa bereplikasi dalam sel manusia untuk memicu respon imun, memerlukan dua dosis suntikan, data registrasi uji klinis menunjukkan.
Saat ini, vaksin Sinopharm sedang menjalani uji klinis Fase 3 di luar negeri yang telah merekrut hampir 60.000 orang, dan sampel darah lebih dari 40.000 peserta telah diambil 14 hari setelah mereka mendapatkan dosis kedua, menurut artikel itu yang mengutip pernyataan Liu.
Di antara karyawan proyek konstruksi, diplomat, dan siswa yang pergi ke luar negeri setelah mendapatkan vaksin dalam program penggunaan darurat, tidak ada yang terinfeksi virus corona, Sinopharm menambahkan.
Tetapi, para ahli telah memperingatkan, agar tidak menggunakan data hanya dari program penggunaan darurat, tanpa hasil yang sebanding dari kelompok kontrol standar uji klinis, untuk menentukan keefektifan vaksin.