Sumber: Businessinsider | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Warren Buffett menutup masa jabatannya sebagai CEO Berkshire Hathaway dengan surat Thanksgiving terakhir yang penuh refleksi dan nasihat kepemimpinan.
Dalam surat sepanjang tujuh halaman yang dirilis Senin lalu, pria yang dijuluki penyihir dari Omaha ini berbagi pandangan tentang kerendahan hati, kejujuran, tanggung jawab, dan pentingnya terus belajar.
“Pilihlah panutanmu dengan hati-hati, lalu teladani mereka. Kamu tak akan pernah sempurna, tapi selalu bisa menjadi lebih baik,” tulis Buffett.
Baca Juga: Jeff Bezos Pernah Tanya Mengapa Strategi Investasi Warren Buffett Jarang Ditiru?
Berikut lima pelajaran penting yang dibagikan Buffett dalam suratnya:
1. Tetap Rendah Hati
Selama lebih dari lima dekade memimpin Berkshire Hathaway, Buffett dikenal dengan gaya kepemimpinan sederhana dan apa adanya. Ia menekankan pentingnya rendah hati dan menyadari peran keberuntungan dalam hidupnya.
“Ingatlah, petugas kebersihan sama berharganya sebagai manusia dengan seorang ketua dewan,” tulisnya.
Buffett juga menyinggung keberuntungannya lahir sebagai pria kulit putih di Amerika pada 1930. “Saya lahir sehat, cukup cerdas, berkulit putih, laki-laki, dan di Amerika. Wow! Terima kasih, Lady Luck,” ujarnya.
2. Belajar dari Kesalahan
Buffett mengakui telah membuat banyak kesalahan, namun selalu berusaha belajar dari setiap kegagalan. Salah satunya adalah kelalaiannya bertindak saat mengetahui seorang CEO di bawah naungannya mulai menunjukkan tanda-tanda demensia.
Baca Juga: 6 Dekade Pimpin Hathaway, Warren Buffett Siap Tutup Buku Lewat Surat Terakhir
“Charlie dan saya beberapa kali menghadapi situasi ini dan gagal bertindak. Itu bisa menjadi kesalahan besar,” tulisnya, merujuk pada mendiang rekannya, Charlie Munger.
Ia menegaskan, dewan direksi perlu peka terhadap tanda-tanda tersebut dan berani bersuara, begitu pula para CEO terhadap unit yang mereka pimpin.
3. Pilih Pemimpin yang Tepat
Kerendahan hati juga menjadi prinsip yang ia tekankan untuk penerus Berkshire. Buffett berharap, dalam seratus tahun ke depan, perusahaan hanya membutuhkan lima atau enam CEO yang benar-benar berkualitas.
Ia memperingatkan agar Berkshire tidak memilih pemimpin dengan motivasi keliru. “Hindari mereka yang hanya ingin pensiun di usia 65, mengejar kekayaan pribadi, atau membangun dinasti,” ujarnya.
4. Pikirkan Apa yang Ingin Tertulis di Obituarimu
Menurut Buffett, tak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Ia menyarankan agar setiap orang memikirkan seperti apa obituari yang ingin mereka miliki, lalu menjalani hidup yang layak untuk mendapatkannya.
Baca Juga: 10 Warisan Prinsip Hidup dari Warren Buffett untuk Usia 40 Tahunan
Surat tahunan Buffett kepada pemegang saham memang selalu dinanti, mengingat statusnya sebagai salah satu investor paling berpengaruh di dunia.
Ia berjanji akan tetap menulis surat tahunan, meski bukan lagi sebagai CEO. “Seperti kata orang Inggris, saya akan ‘going quiet’. Kira-kira begitu,” tulisnya.
5. Jangan “Memerintah dari Dalam Kubur”
Buffett memuji penerusnya, Greg Abel, yang akan menggantikan posisinya di akhir tahun. “Ia manajer hebat, pekerja tak kenal lelah, dan komunikator yang jujur,” tulisnya.
Buffett juga percaya pada kemampuan ketiga anaknya untuk mengelola kekayaan keluarga dan meneruskan kegiatan filantropi mereka. Ia menegaskan tidak akan mengatur segalanya setelah wafat. “Memerintah dari dalam kubur jarang berhasil, dan saya tak pernah ingin melakukannya,” tulisnya.













